Dengan penghasilannya, dia membiayai hidup ibunya, membantu menyekolahkan adik adiknya sampai sarjana.
Satu hari, saat di kantor ayahnya bertelepon.
Anak: "ada apa ayah?"
Ayah: "nak, ayah sakit, tidak ada yang membantu mengantarkan ayah ke rumah sakit"
Anak: "memang istri ayah kemana?"
Ayah: "Dia sudah pergi, sejak ayah sakit, ayah tidak lagi bisa bekerja, milik ayah sudah habis terjual dan ayah tidak lagi bisa menafkahinya, lalu dia memilih pergi bersama orang yang sanggup memenuhi kebutuhannya."
Anak: "ayah, aku sedang kerja, ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan, ayah ke rumah sakit pakai taxi saja atau akan aku kirim supirku untuk mengantarkan ayah ke rumah sakit"
Ayah: "kenapa kamu begitu? Siapa yg akan urus pendaftaran di RS dan lain lain? Apakah supir taxi atau supir? Kamu anak ayah, masakan orang tua sakit kamu tidak Mau Bantu mengurus?"
Anak: "ayah, bukankah ayah yang mengajarkan aku, mengurus diriku sendiri? Bukankah ayah yang mengajarkan aku bahwa pekerjaan lebih penting daripada istri sakit dan anak?, Bahwa sebagai laki laki aku harus kuat, bahwa pekerjaan lebih utama daripada aku?
Ayah, aku masih ingat, satu pagi aku menelpon ayah minta mengantarkan Ke sekolahku,waktu itu ibu sakit, ibu yg tiap pagi selalu mengantarkan kami anak anaknya.
Ibu seorang diri yang mengurus kami, bersusah payah mencari uang agar kami anak anaknya bisa makan dan bersekolah, walau ibu sakit dia lakukan semua.