Mohon tunggu...
Zhee Rafhy
Zhee Rafhy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Amatir

Sajak kecil yang tidak puitis, Lelaki kecil yang tidak romantis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Musim Dingin di Hati Maya

13 Juli 2022   15:57 Diperbarui: 13 Juli 2022   21:28 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Yah, itu urusanmu."

"Kita sudah melakukan banyak hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang teman."

"Salahmu sendiri. Mengapa mau? Sejak awal aku hanya menggapmu teman, dan itu tidak lebih."

Maya diseberang telepon tak bisa berkata-kata. Air matanya berurai tumpah ruah membuat riasan wajahnya yang tebal berserakan. Dadanya terasa sesak, seperti ditimpuki segepok kapas yang membuatnya susah untuk bernapas.

Ia terdiam sesaat, sebelum akhirnya menangis keras lanyaknya anak kecil yang mainan kesukaannya dirampas oleh seseorang. Kesedihan dan kekecewaannya semuanya ia lampiaskan melalui lengkingan suara tangisannya yang tenggelam di tengah alunan musik bar, tempat di mana ia berjumpa dengan Lanang kali pertama.

Harapan dan mimpi-mimpi Maya terhadap Lanang, lelaki itu musnah seketika itu juga. Sebelumnya, ia tak pernah jatuh cinta kepada seseorang sedalam dan sekeras itu, seperti yang ia lakukan kepada Lanang. Kecuali kepada seseorang yang menjadi cinta pertamanya, dan ia perlu waktu kurang lebih 6 tahun untuk benar-benar pulih.

Di saat ia benar-benar merasa kosong itulah, setelah terbebas dari cerita suram cinta pertamanya ia dipertemukan dengan Lanang. Lelaki yang baginya nyaris sempurna dan tampa cela. Bukan berarti ia tak pernah menjalin cinta dengan orang lain sebelumnya, tetapi ibaratnya tak lebih dari sekedar pelampiasan yang percuma. Karena kenyataannya, bayang-bayang lelaki yang merebut hatinya sejak lama itu, masih tetap ada.

Hingga akhirnya Lanang datang menawarkan segenggam harapan. Kehangatannya mampu mencairkan kebekuan hati Maya yang sempat ingin ia tutup rapat-rapat. Ia memperlakukan Maya selayaknya wanita, menghormati prinsipnya, menerima lebih dan kurangnya serta tak segan-segan menjamu Maya. Maya terlena oleh kenyamanan semu yang diberikan Lanang. Ia serasa diperlakukan bak seorang ratu.

Bagi Maya, Lanang adalah lelaki terbaik yang pernah ia temui. Karenannya Maya tak segan menggantungkan harapan besarnya kepada Lanang, bahkan tak segan memberikan semua kepunyaanya untuk lelaki itu. Dan ternyata sebagai balasannya, ia dibuang percuma.

Mungkin Maya keliru, salah mengira sorot mata Lanang yang ia sangka penuh ketulusan ternyata memiliki maksud terselubung. Maya teringat ketika ia tanpa sengaja membaca sebuah tread di twitter tentang reingkarnasi terakhir seseorang yang jiwanya telah tua. Entah kenapa ia tiba-tiba teringat Lanang saat itu. Maya sempat berpikir bahwa mungkin saja Lanang adalah salah satu dari seseorang yang tidak akan melewati proses reinkarnasi lagi, tetapi kini terbantakan sudah dugaannya itu. Lanang kurang lebih sama saja denga laki-laki brengsek lainnya yang pernah ia temui.

Maya melewati hari-harinya yang ia sendiri tidak tahu apa yang terus-menerus membuatnya bersedih. Lanang? Kini ia belajar untuk menerima dan berdamai pada kenyataan. Seharusnya tak lagi ada beban baginya, tetapi siapa yang menduga, kisah cintanya yang sejak awal tak pernah berjalan mulus, kini malah menimbulkan trauma dari luka yang tak kunjung mengering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun