Maya tak merespon. Lelaki itu terlihat tampak gusar sebelum akhirnya ikut tertidur.
***
Pagi awal hari yang baru dimulai. Hari telah siang dan matahari bersinar terik menerobos masuk ke jendela kamar Maya, menggelitik matanya yang masih terpejam dan membuatnya terjaga. Ia menggeliat kecil sebelum meraba kasur yang kosong di sebelahnya. Ia sedikit tersentak mendapati tak ada lagi lelaki semalam yang menemaninya tidur.
Kepergian lelaki itu sama sekali tidak ia sadari, sama seperti ia tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam terakhir yang mereka habiskan bersama. Hari-hari berikutnya, Lanang lelaki itu menolak untuk menemui Maya. Berbagai macam alasan ia lontarkan demi untuk menghidari Maya. Maya dipasung oleh kegalauan.
"Lebih baik, kamu tak usah menghubungi aku lagi." Kata lelaki itu yang tak lain adalah Lanang di seberang telepon.
"Heh. . . Kenapa? Salahku apa? Kenapa tiba-tiba begini?"
"Aku sudah punya pacar." Jawab lelaki itu singkat.
Jeda. Maya terdiam sesaat. Sebelum akhirnya Maya bertanya dengan suara lirih.
"Memangnya selama ini kamu menggap aku ini apa?"
"Teman." Jawab Lanang singkat.
"Tapi bagiku kamu lebih dari sekedar teman."