Mohon tunggu...
Zhee Rafhy
Zhee Rafhy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Amatir

Sajak kecil yang tidak puitis, Lelaki kecil yang tidak romantis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melawan Takdir

16 Februari 2019   00:04 Diperbarui: 16 Februari 2019   00:05 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu lantas tiba-tiba saja teringat kembali akan kata-kata lelaki asing yang kau temui di rel kereta tadi. Apakah semua keinginanmu telah terwujud sehingga kau memutuskan untuk mati? Pertanyaan itu seketika kembali memenuhi rongga kepalamu yang menjadikan kepalamu terasa berat dan pening. Seketika kamu jatuh tertidur.

Ketika kamu kembali terbangun di sebuah senja, kamu mendapati sebuah buku catatan kecil berwarna jingga berada dalam genggaman tanganmu. Sebuah buku catatan yang tampaknya  terbawa dari alam mimpimu. Dimana sebelumnya kamu bermimpi bertemu dengan sesuatu yang berkilauan menyilaukan mata. Ia menyebut diri-Nya sebagai Tuhan, sebuah nama yang tak pernah disebutkan oleh Ayahmu yang tak percaya akan keberadaannya.

Dari cahaya itu muncul sebuah catatan kecil yang bertuliskan daftar keinginan-keinginanmu yang harus kamu lakukan sebelum akhirnya memilih mati. Tak lupa sebelum cahaya itu menghilang, Ia menjanjikan kamu satu buah permintaan darimu yang akan Ia kabulkan. Tetapi hanya berlaku pada saat waktu senja. Dan kini perburuanmu untuk mencari jawaban atas untuk apa kau berada disini pun dimulai.

***

Satu persatu misi yang tercatat dalam buku catatan itu telah kamu lakukan. Termasuk mengunjungi tempat-tempat terindah yang berada di luar kotamu, bahkan di luar dari Negaramu telah kau kunjungi. Bertemu dan berteman dengan banyak orang pun kini telah kau capai.

Kini hanya terdapat beberapa misi lagi yang harus kamu lakukan sebelum akhinya kau akan mati. Diantaranya adalah berterus terang dengan Ayahmu tetang apa yang kau inginkan darinya. Namun, sekembalinya kamu dari luar negeri. Kamu tak mendapati sosok Ayahmu itu berada di rumah atau di kantor tempat ia biasa berkerja.

Rumah milikmu yang bak istanah megah itu tampak tersegel dan tak bisa untuk kau masuki. Kantor Ayahmu sama, kau datangi dalam keadaan tersegel garis polisi. Ayahmu ternyata selama ini melakukan penipuan terhadap rekan-rekan bisnisnya. Kini ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di balik jeruji besi. Kamu kembali dengan jumlah uang tabungan yang mulai menipis tentu tak cukup membayar denda yang dibebankan kepada Ayahmu.

Kau menemuinya, mengatakan yang sebenarnya kepadanya dalam keadaan tersedu. Kau berterus terang bahwa yang kau butuhkan selama ini bukanlah uang atau kekayaan yang melimpah ruah. Tetapi yang kau perlukan selama ini hanyalah kehadiran sosok Ayah. Kehadiran sosok yang mampu untuk membuat kau tetap merasa ada dan berarti. Ayahmu mengaku menyesal telah mengabaikan dirimu. Ia menangis sejadi-jadinya dan untuk pertama kalinya dalam seumur hidup kamu merasakan kasih sayang yang benar-benar tulus dari seorang Ayah.

Kini misi kedua sebelum terakhir yang harus kamu lakukan adalah... Menemukan cinta dan ciuman pertamamu. Seketika kau terdiam. Kau larut dalam pikiranmu sendiri.

"Cinta pertama? Yah aku memang belum pernah jatuh cinta selama ini." Katamu pada dirimu sendiri.

"Ciuman pertama? Hihh.. Apa lagi ini." Pikirmu geli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun