Mohon tunggu...
Zarna Fitri
Zarna Fitri Mohon Tunggu... Freelancer - Terus bermimpi

Hidup harus bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia-Manusia Mengerikan

21 Januari 2025   15:49 Diperbarui: 21 Januari 2025   16:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen: Manusia-Manusia Mengerikan, sumber: klikDokter

Ketika pintu kereta baru terbuka, Arya langsung melompat ke luar menuju stasiun. Kejadian yang ia saksikan di atas kereta membuatnya untuk terburu-buru turun. Seharusnya Arya turun masih tiga stasiun lagi. Dengan kejadian itu, kini Arya harus lanjut dengan ojek daring agar tak terkena macet.

Tadi itu kereta lagi padat-padatnya penumpang. Benar-benar tidak ada ruang utnuk bergerak sama sekali. Biasa sih sebenarnya untuk jam-jam keberangkatan dan kepulangan jam kerja. Arya seperti biasa selalu berdiri. Meskipun sebelumnya dapat tempat duduk, tapi tetap saja nanti Arya membagikan tempat duduknya kepada penumpang prioritas, entah itu ibu-ibu, ibu hamil, atau kakek-kakek.

Untuk ukuran laki-laki, Arya termasuk yang kurang tinggi. Di samping Arya berdiri, ada penumpang laki-laki dan perempuan yang tidak beda jauh tingginya dengan Arya, selebihnya adalah penumpang laki-laki. Mereka bertiga terjepit dan berdesakan dengan puluhan penumpang lain di kereta.

Anehnya, penumpang berdua itu hadap-hadapan. Tidak aneh juga sebenarnya, karena sebagai penumpang bisa dan boleh saja mau menghadap kemana. Tapi kondisi kereta yang penuh sesak ini dimanfaatkan oleh dua sejoli ini untuk berbuat hal tak senonoh. Untungnya sebelum lebih jauh, kereta sudah sampai di stasiun. Entahlah, setelahnya dua sejoli itu masih malenjutkan aksinya atau tidak.

Akhirnya Arya sampai di kantor dan bekerja seperti biasa. Banyak tugas kantor yang harus selesai hari ini.

Untuk mengatasi kejenuhan dengan padatnya pekerjaan, Arya mencoba untuk membuka gawainya. Arya geleng-geleng kepala membaca berita akhir-akhir ini. Ada bapak yang mencabuli anak kandunglah, pelaku lainnya bapak tirilah, tukang jualan mainanlah, tukang sayur, dosen pembimbing, dan kasus-kasus rudapaksa lainnya. Semengerikan itukah manusia hari ini?batin Arya. Korbannya anak kecil, bayi, dan anak di bawah umur lainnya. Sungguh mengerikan.

Untung saja gawai Arya berbunyi. Ternyata dari Mama Arya.

"Halo, Ma. Mama apa kabar?" tanya Arya santun.

"Alhamdulillah, Mama sehat," jawab Mama Arya di seberang sana.

Arya kalau teleponan dengan mamanya memang terhitung lama. Ada saja yang mereka bicarakan. Dari hal penting sampai hal yang tidak penting sampai menggosip pun mereka lakukan. Seperti itulah kedekatan Arya dan mamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun