Mohon tunggu...
Zarna Fitri
Zarna Fitri Mohon Tunggu... Freelancer - Terus bermimpi

Hidup harus bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senandung Seragam Merah

6 Desember 2024   02:21 Diperbarui: 6 Desember 2024   02:27 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proyek kali ini aku melibatkan banyak teman. Mereka juga mengajak teman mereka yang lainnya. Saling berjibakulah kami bahu-membahu agar proyek ini berjalan lancar dan sesuai dengan visi dan misi yang sudah direncanakan. Tidak sulit mengakomodir mereka. Meski aku tahu mereka punya kegiatan lain yang harus diselesaikan. Namun karena membaca visi dan misi dari proyek yang kusodorkan, mereka langsung sepakat untuk terlibat.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Sedikit lagi proyek ini selesai. Aku dan teman-teman berkumpul di satu tempat. Kita bersepakat memakai warna merah agar seragam. Dari jauh kusapa Endah yang datang dari seberang pulau.

"Terima kasih, Ndah. Kamu selalu mau ikut dengan rencana-rencanaku. Padahal tak semua mulus, lho," aku menyapa Endah sambil bersalaman dengannya.

"Santai saja, Kawan. Kamu kayak nggak tahu aku aja. Semua harus dicoba. Kalau tidak mau mencoba, gimana mau tahu hasilnya. Ya, gak?" Aku dan Endah tertawa bersama.

Aku melanjutkan menyapa teman-teman yang lain.

Di sana aku berkesempatan memberikan kata sambutan. Aku naik ke podium.

"Terima kasih teman-teman telah hadir dan meluangkan segalanya untuk ikut andil dalam proyek yang saya galang ini. Proyek ini adalah proyek mulia yaitu kita akan memberikan penerangan jalan di wilayah Barat sehingga masyarakat di sana tidak ketakutan lagi saat pulang kerja malam hari. Memang sebelumnya pernah ada penerangan tetapi mengalami kerusakan dan belum ada lagi perbaikan sehingga saya berinisiatif untuk mengumpulkan teman-teman menjadi perantara dari kebaikan ini." Semua bertepuk tangan tanda setuju.

Secara simbolik, aku mewakili teman-teman menyerahkan yang sudah kita kumpulkan untuk dipergunakan mengaktifkan kembali penerangan yang saat ini dalam keadaan gelap gulita.

Aku merasa lega. Memberikan sesuatu yang rasanya bermakna, berharap ini menjadi cerita indah di pengujung tahun. Sampai di rumah kupejamkan mata dan terlelap dengan indahnya.

Hari-hari berlalu. Tiba-tiba, saat aku hendak membuka pintu, gawaiku berdering. Ternyata Endah yang menelpon.

"Kamu sudah lihat berita? Proyek kemarin disalahgunakan. Bantuan yang kita kumpulkan malah dipakai masyarakatnya untuk pembangunan gedung olahraga. Penerangan malah tidak diperbaiki. Buat apa gedung olahraga kalau masyarakatnya saja sebagian besar sudah sepuh. Nanti kalau maling di sana makin banyak, nanti ngeluh lagi dengan alasan penerangan tidak ada," Endah langsung nyerocos tanpa salam dan bertanya kabar terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun