Saat bel istirahata berbunyi, Bu Siti memanggil Rinaldi.
Rinaldi yang sepertinya paham kenapa dipanggil jadi salah tingkah. Tanpa ditanya Bu Siti, Rinaldi menjelaskan dengan terbata.
"Anu, Bu, iii..iya bau itu dari se..sepatu saya," Rinaldi gugup dan terbata.
Bu Siti membiarkan Rinaldi menjelaskan sampai selesai.
"Kan sepatu saya basah. Nah, kemarin saya sudah kena panggil karena tidak pakai sepatu ke sekolah. Saya tidak mau hari ini kena tegur lagi, Bu. Jadi saya pakai sepatu itu meski belum kering Bu," Rinaldi kemudian berhenti berbicara.
Suasana hening Â
"Nanti, pulang sekolah kamu jemur lagi ya sepatunya. Kan cuaca panas ini. Semoga besok kering. Kalau belum kering, jangan dipaksa pakai sepatu yang basah, ya," Bu Siti meneluk bahu Rinaldi kemudian berlalu ke ruang guru.
Rinaldi mematung sejenak kemudian duduk kembali ke bangkunya. Rinaldi malu untuk bergabung bermain bersama Edo dan yang lainnya. Takut dijuhi karena aroma dari sepatunya.
***Â
Sabtu berikutnya, murid-murid kembali diajak bergotong royong mengisi air kamar mandi sekolah dari sungai. Musim kemarau kali ini benar-benar membuat semua kering kerontang. Sawah petani saja jadi retak-retak. Air sungai pun menyusut sebenarnya  Sumur-sumur masyarakat juga mulai kering. Bahkan ada sebagian yang sudah kering total.
Untungnya murid-murid senang diajak bergotong royong mengisi air. Bukan, bukan karena mereka suka. Tapi karena bagi mereka ini seperti arena permainan. Mereka bisa berlari-lari bersuka cita dan kejar-kejaran dengan yang lain. Sesekali sambil saling siram dengan air yang mereka bawa. Wajar, saat sampai sekolah air yang dibawa jadi sisa setengahnya. Ada juga yang sisa sedikit banget.