"Pas di pintu mau masuk rumah, saking tidak tahannya dan saya berlari, berceceran, Bu dan jadi deh ibu marahin saya," Rinaldi menunduk sedih.
Teman-temannya banyak yang menahan tawa mendengar cerita Rinaldi.
"Hmm, kenapa kamu tidak bilang kalau kamu pulang?"Â
"Saya sudah tidak tahan, Bu. Itu saja masih belum sampai kamar mandi udah keduluan...," jelas Rinaldi lagi.
"Baiklah. Nanti ibu bicarakan dengan kepala sekolah agar kamar mandi sekolah bisa punya air di musim kemarau ini. Sumur-sumur pada kering. Apalagi kamar mandi sekolah yang hanya pakai bak, mengandalkan tadahan air hujan," kemudian Bu Siti mempersilakan Rinaldi duduk di bangkunya setelahnya terdengar bel tanda istirahat.
***
"Anak-anak, besok Hari Sabtu kita gotong royong bersama, ya. Kalian bawa ember dari rumah, ya. Kita mengisi bak agar terisi penuh. Tidak mungkin kita menunggu turunnya hujan," Bu Siti memberikan pengumuman di depan kelas.
"Baik, Bu," jawab anak-anak serempak.
Besoknya terlihat semua murid sudah membawa ember masing-masing. Kepala sekolah memberi instruksi sebelum berjalan menuju sungai yang berjarak satu kilo meter dari sekolah. Kepala sekolah berkali-kali mengingatkan agar beehati-hati. Karena melewati jalan raya dan ada tanjakan.
Rinaldi, Edo dan yang lain berjalan bersama. Semuanya kebagian bolak balik lima kali membawa air dari sungai ke sekolah. Mereka senang karena tidak belajar. Ya, memang Hari Sabtu biasanya juga tidak ada mata pelajaran.
Murid-murid berlarian dan sesekali kejar-kejaran dengan yang lain.