Sebagai perbandingan, gaji saya perbulan sebagai cleaning service hanya sebanyak 700.000 won, sangat jauh berbeda dengan yang bekerja di Pabrik, tapi tentunya risiko dan jam kerja juga jauh berbeda.
Selama berjuang hidup di Korea Selatan, sumber penghasilan saya berasal dari kerja part time sebagai cleaning service di masjid, saya juga pernah menjadi buruh pabrik sehari, menciptakan karya tulis, dan menjadi co-researcher.
Part time job pertama saya adalah kerja di Masjid Al-Fattah Busan. Gaji perbulan sebesar 700.000 won atau setara dengan 8.900.000-an Rupiah untuk jam kerja selama 4 jam setiap hari tanpa waktu libur.Â
Upah yang saya dapatkan dengan bekerja di masjid cukup memenuhi kebutuhan selama di Korea Selatan.
 Saya bisa menyelesaikan pembayaran uang kuliah selama 3 semester dan juga bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan dengan catatan berhemat.Â
Bagi pandangan orang-orang terutama yang muslim bekerja di masjid adalah sesuatu yang mulia. Tidak jarang saya memperoleh pujian karena kerja di masjid. Tapi seandainya mereka tahu apa orientasi saya bekerja di masjid, saya jamin mereka tidak akan mengeluarkan pujian itu.Â
Saya bekerja untuk mendapatkan Uang. Tanpa digaji, belum tentu saya mau datang ke masjid setiap hari dengan jarak asrama ke masjid bisa ditempuh lebih dari 1 jam. Apalagi bekerja di negeri empat musim seperti Korea Selatan.Â
Ngomong-ngomog soal musim, setiap musim memiliki tantangan dan keunikannya masing-masing.
Bila ada yang bertanya di antara keempat musim yang dimiliki Korea Selatan, musim apa yang paling enak untuk bekerja? Semua musim memiliki cita rasa tersendiri.
Musim Gugur