Mohon tunggu...
Money Pilihan

Mewujudkan Budaya "Less Cash Society", Mencari Pengalaman dan Upaya Pembiasaan

22 Maret 2019   11:27 Diperbarui: 22 Maret 2019   12:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilihan medianya ada tiga, yaitu karu harian berjaminan (THB), e-money dan kartu multi trip (KMT). Saya lebih memilih menggunakan dua di antaranya yaitu e-money dan KMT karena kedua kartu ini dapat menyimpan sejumlah uang sehingga saya tidak perlu bolak balik isi ulang setiap melakukan perjalanan. Kedua kartu ini tidak sama. Kartu multi trip tidak dapat digunakan secara fleksibel daripada e-money. 

Kartu multi trip hanya dapat digunakan untuk melakukan perjalanan menggunakan commuter line saja, sedangkan e-money dapat digunakan untuk melakukan perjalanan commuter line, perjalanan transjakarta, membeli snack di vending machine, membayar tol dan lain-lain.

Sebuah Angan, Menjelajah Negara Cashless Society

Berbeda dengan less cash society, bisa dibilang cashless society merupakan tingkat lanjutannya di mana transaksi non tunai hampir secara keseluruhan digunakan dalam proses bertransaksi. Saya ingin pergi menjelajah beberapa negara yang bisa dibilang sukses dengan budaya cashless society. Tidak secara nyata, hanya dipikirkan lewat angan-angan sambil menyambungkannya dengan beberapa fakta yang ada.

Salah satu negara yang saya jelajahi adalah negara Swedia. Kenapa harus negara Swedia? Karena pada faktanya, Swedia memiliki angka penggunaan uang elektronik tertinggi di dunia. Dilansir dalam situs moneysmart.id, sekitar 99 persen masyarakat Swedia sudah meninggalkan transaksi tunai. Sangat mengagumkan, bukan? Namun tentu saja transaksi tunai masih hadir di negara itu, hanya saja tingkat penggunaannya tidak lebih dari 2 persen. Tidak heran, bahkan sekadar toilet umum saja pembayarannya dilakukan melalui non tunai.

Transportasi umum di Swedia juga menggunakan transaksi non tunai. Kabanyakan transportasi umum di sana memakai kartu khusus yang berlaku untuk kereta, bus, dan tram di satu wilayah. Cara top up-nya dapat dilakukan dengan cash maupun debit/kredit. Mesinnya terletak di setiap stasiun. Cara lainnya yang menurut saya menarik dan efesien adalah pembelian tiket lewat aplikasi di smartphone. 

Tiket yang kita beli nantinya akan berbentuk QR code di smartphone, setelah itu tiket di-scan pada QR reader yang ada di dalam bus maupun alat yang dibawa oleh kondektur di dalam kereta. Sistem pembayaran tersebut juga diterapkan pada sistem pembayaran tiket di bioskop. Berbelanja di supermarket dilakukan secara mandiri dengan cara self-scanning.

Aplikasi pembayaran yang paling populer di Swedia adalah Swish. Transaksi pembayaran dilakukan melalui nomor telepon pengguna yang terhubung dengan akun rekening Bank yang terkoneksi dengan Swish. Pemakaiannya berlaku pada tempat-tempat seperti restoran, kedai kopi, street food, dan bahkan di tempat pangkas rambut. Swish juga memiliki sistem pembayaran shared-expense. Singkat, sistem itu sama saja seperti patungan di Indonesia, namun dilakukan secara non tunai melalui perangkat digital.

Mari kita berpindah negara. Kalau kalian ingin tahu lebih banyak lagi, kalian dapat mengakses link ini. Kali ini saya pindah ke negara Perancis. Keunikan negara ini terletak pada perangkat elektroniknya yang inovatif. Perangkat itu bernama contactless payment dan digital wallets. Layaknya seperti e-money, sistem pembayaran contactless payment tidak memerlukan pin dalam proses pembayaran dan digunakan untuk pembayaran pembayaran bernilai rendah. 

Cara penggunaannya unik, cukup dengan melambaikan kartu atau telepon seluler melalui alat berupa terminal pembayaran. Beralih ke digital wallets, alat ini juga sangat unik karena penggunaannya yang hanya perlu memasukkan ID seperti nomor ponsel atau alamat surat elektronik) dalam bertransaksi. 

Transaksi dilakukan melalui internet tanpa memasukkan data yang bersifat sensitif (misalnya payment card number, expiry date, dan visual cryptogram). Data itu hanya dimasukkan sekali, yaitu pada saat kita membuat akun digital wallets.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun