Mohon tunggu...
Masim Vavai Sugianto
Masim Vavai Sugianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - IT Consultant

Traveler, Seasonal Farmer, Open Source Enthusiast and Book Lover. Works as an Independent Worker and Self-Employer. https://linktr.ee/zezezahra

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Refleksi Pengalaman Pribadi: Keluar dari Jerat Masalah Keuangan

30 Desember 2022   06:21 Diperbarui: 30 Desember 2022   06:31 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Team Excellent-Dok. pribadi

Tahun Baru Suasana Baru. Saya baca di Kompasiana banyak yang membahas mengenai situasi cuaca, perkembangan sosial politik dan berbagai hal yang sedang"in" saat ini. Namun saya ingin menulis tema lain yang saya anggap cukup relevan di setiap masa, terutama saat proses review akhir tahun dan persiapan menyambut tahun baru seperti sekarang ini.  Tema apa itu? Yaitu tema mengenai keuangan (pribadi dan keluarga) dan upaya untuk dapat menyiasati tantangannya.

Beberapa waktu yang lalu, saya ditanya oleh seorang rekan mengenai alasan saya memilih untuk wirausaha dan apa latar belakang yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk wirausaha. Obrolan ini awalnya diawali dengan obrolan mengenai aktivitas-aktivitas yang dilakukan, terutama terkait pekerjaan dan pendapatan rumah tangga.


Saya bilang padanya bahwa saya mengambil pilihan wirausaha atas pertimbangan dua hal, yaitu kesukaan saya membaca dan juga pada kenyataan berbahaya mengenai pendapatan saya saat bekerja.


Sebelum wirausaha dan membangun perusahaan kecil, saya pernah bekerja sebagai karyawan/buruh pabrik di Cikarang. Saya bekerja sebagai operator produksi, level paling rendah di perusahaan manufaktur. Satu tahun bekerja, saya mengambil kuliah yang memiliki program "kuliah sambil kerja". Setelah lulus, saya pindah haluan, bekerja sebagai staff IT di beberapa perusahaan, di kawasan Delta Silicon Industrial Park dan di kawasan Karyadeka Pancamurni dekat EJIP (East Jakarta Industrial Park) di Cikarang Bekasi. Terakhir saya bekerja sebagai supervisor IT di sebuah perusahaan logistik di kawasan Cakung Cilincing, Jakarta Utara.

Meski bekerja dengan jabatan sebagai supervisor di bidang IT, gaji yang saya terima hanya pas untuk biaya hidup sehari-hari. Saat itu saya sudah menikah dan punya anak satu, Zeze Vavai. Uang gaji saya terpakai untuk kebutuhan rumah tangga dan transportasi, sehingga untuk menabung 750 ribu rupiah per bulan merupakan beban berat buat saya. 750 ribu tabungan itu terdiri dari 500 ribu tabungan mapan atau tabungan JHT untuk saya dan isteri sedangkan 250 ribu adalah tabungan pendidikan Zeze Vavai.


Bisa dibayangkan, jika menabung 500 ribu berarti dalam 1 tahun saya baru mendapatkan 6 juta rupiah. Menabung 5 tahun dengan jumlah yang sama baru mendapatkan 30 juta rupiah. Saat saya awal menabung, saya belum punya rumah. Baru punya harta sepeda motor hasil kredit dan kreditnya masih beberapa tahun (total 3 tahun kredit).


Saat itu, biaya DP rumah sederhana 30-40 juta rupiah. Setelah 5 tahun saya menabung, saya mendapatkan 30 juta rupiah, tapi DP rumah sudah melonjak hingga 50 juta rupiah. Terus begitu tidak terkejar-kejar.


Saya pikir saya tidak bisa seterusnya begitu. Saya harus memikirkan masa depan keluarga dan anak-anak saya. Bagaimana saya bisa membantu keluarga atau orang lain jika saya masih harus berjuang setiap harinya untuk keluarga. Saya tidak bisa diam saja, berkhayal, menganggap semuanya baik-baik saja. Saya harus keluar dari jerat kekurangan finansial yang saya alami.


Karena senang membaca buku dan artikel, saya bisa mencoba mencari berbagai referensi mengenai pekerjaan sampingan atau ide usaha yang bisa dijalani untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Untuk bisa keluar dari jerat kekurangan, kita harus menjalankan 2 hal berbarengan, yaitu:

  • Mengurangi pengeluaran hingga hanya yang bersifat essensial/fundamental
  • Meningkatkan pendapatan

Mengurangi pengeluaran hingga hanya yang bersifat esensial misalnya tidak makan bakso, cemilan dan lain-lain. Berhenti langganan tertentu yang tidak terlalu penting. Mematikan lampu jika tidak dipakai. Mengurangi pemakaian sepeda motor dan lebih banyak naik sepeda. Melakukan berbagai hal meski itu sekedar menghemat beberapa belas atau puluh ribu rupiah per bulan.

Meningkatkan pendapatan mungkin lebih sulit. Kebanyakan dari kita tidak memiliki bakat menjual. Jika diminta wirausaha, kita juga bingung mau usaha apa. Kita khawatir jika mencari sampingan nanti  pekerjaan utama terbengkalai.

Kalau dulu saya bilang alasan begini-begitu, mungkin ada yang menjawab secara lugas, "Itu sih alasan kamu saja..."

Sekarang saya tahu mengapa jawaban lugas itu-meski nggak enak didengar-memang benar adanya. Mengapa? Karena kita kan bisa berpikir. Kita bisa melakukan analisa. Kita bisa mencari tahu ide apa yang bisa dilakukan tanpa mengganggu pekerjaan yang ada.

Pesan moralnya begini : Kalau kita merasa hidup kita kekurangan, jangan tidur melulu dong ah. Jangan klepas-klepus menghabiskan berbungkus-bungkus rokok. Kalaupun cari ide, ya tidak perlu sambil merokok. Kan bisa cari tahu dari buku, dari internet dari majalah dan lain-lain. Kalau sambil merokok berbungkus-bungkus, ide tidak didapat, pengeluaran malah bertambah

Kalau merasa khawatir pekerjaan sampingan bisa mengganggu pekerjaan, coba cari tahu apa yang bisa dilakukan untuk menambah pendapatan tanpa mengganggu pekerjaan itu. Cari tahu, karena kita sedang dalam kondisi kritis. Kalau kita diam saja, jangan-jangan kita terbuai bayang-bayang semu. Kita berada dalam situasi kekurangan tapi merasa baik-baik saja. Ini yang berbahaya.

Saat dulu saya berada dalam kondisi yang sama, saya juga bingung harus mulai dari mana. Akhirnya saya membaca artikel dengan tema usaha tanpa modal atau usaha dengan modal ringan. Saya mencoba berpikir, apa yang bisa saya lakukan berdasarkan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki. Oh iya, ternyata saya bisa mengajar. Saya pernah menjadi assisten lab komputer di kampus. Saya bisa mengajar les privat untuk mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir atau skripsi. Saya juga bisa menulis artikel atau buku. Itu semua hampir tanpa modal tambahan.

Saat saya menulis artikel, saya bisa menggunakan laptop yang biasa saya pakai untuk bekerja. Saya mencoba suatu tutorial, melakukan simulasi kemudian membuat rangkuman artikel. Artikel itu kemudian saya kirimkan ke majalah. Tulisannya diterima dan saya mendapat honor. Lumayan. Saat itu di tahun 2007, honornya 300 ribu rupiah. Saya termasuk beruntung karena tulisan pertama saya langsung diterima di majalah. Itu bukan tanpa sebab. Sebelum mengirimkan artikel, saya memilih majalah yang tepat. Karena basis pengetahuan dan pekerjaan saya terkait IT, saya memilih majalah yang membahas mengenai IT dan komputer secara umum. Saya juga memilih topik yang menarik, kemudian melakukan simulasi dan merapikan tulisan agar enak dibaca.

Dalam kondisi lain, mungkin saya tidak seberuntung itu. Belum tentu tulisan saya diterima dalam kesempatan pertama. Meski demikian, saya tidak akan menyerah. Mungkin saya akan membuat target tertentu, misalnya mengirimkan minimal 50 tulisan ke berbagai media. Jika tidak ada satupun yang berhasil, mungkin bakat saya bukan disitu dan saya akan memilih alternatif lain.

Beberapa ratus ribu rupiah tambahan per bulan itu lumayan. Jika awalnya saya hanya bisa menabung 750 ribu rupiah per bulan saya jadi bisa menabung 1 juta rupiah per bulan. Darimana tambahannya? Dari sampingan menulis artikel tadi.

Saya bahkan belajar Google Adsense. Saya belajar membuat review bahasa Inggris. Itu usaha recehan. Satu review hanya 5$ tapi 5$ itu uang. Kalau kurs 14 ribu, 5$ itu 70 ribu rupiah. Dapat tambahan 5-10$ meski nilainya kecil merupakan hal yang bagus, daripada mengeluarkan hal yang sama. Kalau kita sudah tahu susahnya cari uang 1-2 dollar atau 10-20 ribu rupiah, kita akan lebih menghargai uang. Kita akan lebih selektif dalam mengeluarkan uang.

Saya bilang ke rekan, kalau memulai usaha tidak memiliki modal sedangkan usahanya membutuhkan modal, kita masih mungkin mendapatkan modal dari penjualan barang-barang second yang tidak terlalu kita butuhkan. Misalnya kita memiliki 2 laptop padahal laptop satunya jarang dipakai. Misalnya kita memiliki perkakas sedangkan perkakas itu jarang digunakan.

Tiap recehan tambahan yang didapat, itu dikumpulkan. Diakumulasi. Dari awalnya menabung 6 juta rupiah per tahun bisa meningkat lebih banyak lagi. Asset yang ada diakumulasikan. Kita bisa belajar untuk terus memperbaiki kualitas kehidupan kita.

Tiga sampai empat tahun melakukan hal tersebut, saya sampai pada titik pemikiran bahwa apa yang saya lakukan bisa memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut. Saya juga tidak kepingin melakukan fokus saya ke usaha lain pada saat saya sedang bekerja di perusahaan. Jadi saya menghadap pimpinan perusahaan, kemudian mengutarakan niat saya untuk mengundurkan diri. Saat itu bulan Mei 2010, bulan ulang tahun saya. Bulan dimana saya biasanya membuat keputusan besar atau menjalankan berbagai hal yang bisa mengubah jalan hidup saya. Meski awalnya pimpinan perusahaan keberatan mengingat posisi dan peluang karir saya, namun akhirnya ia bisa memahami dan menerima apa yang saya sampaikan. Ia meminta saya untuk tetap bekerja dengan beberapa fasilitas dan fleksibilitas tambahan hingga akhir Desember 2010 agar secara paralel perusahaan bisa mendapatkan pengganti saya dan melakukan alih pekerjaan dengan baik. Jika orang lain mengundurkan diri dengan status "one month notice", saya mengundurkan diri dengan situasi "six month notice"

Tahun 2022 ini, usaha yang saya jalani dalam bentuk perusahaan kecil dibidang jasa IT-Excellent Infotama Kreasindo-menapak ke usia 11 tahun.

Banyak yang bilang, "Cape amat sampai harus kerja sampingan...". Ya namanya pengalaman mungkin tidak harus sama untuk setiap orang. Bisa saja orang lain lebih sukses tanpa wirausaha, lebih mapan dengan meniti karir di perusahaan atau melakukan hal lain yang dianggap lebih tepat. Itu sah-sah saja dan itu benar adanya. Tidak untuk didikotomikan. Konteks tulisan ini bukan untuk segera keluar dari pekerjaan dan berwirausaha. Konteksnya adalah untuk mau mereview situasi kita dan melakukan upaya untuk mengatasi masalah. Kita yang lebih tahu situasi kita masing-masing. Kita perlu mengingat fakta bahwa jika kita diam saja tanpa melakukan apa-apa juga cape kok. Jika diam saja kita cape dan kita beraktivitas juga cape, lebih baik kita beraktivitas untuk mendapatkan kemaslahatan kehidupan. Baik untuk kita maupun keluarga, agar pada gilirannya nanti kita juga dapat berkontribusi pada masyarakat.

Hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya.

Saya kutipkan kembali salah satu bait puisi favorit saya dari novel Balada Si Roy, "Telegram"- Toto ST Radik :

Jalannya berkelok dan mendaki
Siapa menanti tak pernah kutahu
Sunyiku pun kekal: menjajah diri
Dan angin pun gelisah menderu


Ah, ingin aku istirahat dari mimpi
Namun selalu kudengar ia menyeru
Tentang jejak di tanah berdebu
Diam-diam aku pun berangkat pergi

Catatan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun