Selamat siang, sobat kompasianer! Jadi, belakangan ini, medsos dan forum-forum diskusi digemparkan oleh cerita-cerita absurd, tak jarang juga dibuktikan secara langsung melalui video maupun gambar, yang memperlihatkan 'glitch' di dunia ini. Contohnya gambar berikut:
Gambar di atas menunjukkan mobil polisi yang seakan-akan tenggelam akibat banjir, memang terlihat normal. Tetapi, coba kalian perhatikan lagi. Mobil putih yang berada di depannya ini tidak tenggelam. Tapi, ternyata ada 3 alasan yang bisa menjelaskan gambar tersebut yakni:
-Aku percaya jalanan tersebut memiliki cekungan atau medan yang ngga rata, sampai banjirnya juga jadi ngga rata. Liat aja, pohon-pohon di gambar tsb, ga mungkin dong yaa pohon bisa sependek itu kecuali karena jalanannya memiliki cekungan😅😅😅 Jadi, mobil polisi dan pepohonan itu mungkin berada di bagian jalan yang lebih rendah, sementara mobil putih tsb berada di tempat yang lebih tinggi dan tidak terlalu banjir. Konstruksi jalanan seperti ini sebenarnya wajar-wajar aja.
-Mobil polisi, apalagi kalo di dalemnya ada perlengkapan kepolisian, bisa lebih berat daripada kendaraan-kendaraan biasa. Berat tersebut dapat menyebabkan mobil polisi tenggelam lebih dalam ke permukaan yang tergenang air atau tanah lunak di bawahnya.
-Foto itu diambil di angle yang terkesan melebay-lebaykan perbedaan antara kedua kendaraan tsb. Kendaraan putih dapat berada di tempat yang sedikit lebih tinggi, sehingga tampak tidak terpengaruh, sementara mobil polisi itu tampak tenggelam.
Tapi, percaya gak percaya, semua dari kita, bahkan saya, pasti pernah mengalami 'Glitch' setidaknya sekali di dalam kehidupan kita sehari-hari. Pengalaman yang bikin kalian mikir, "Eh, kok tadi nggak gitu deh?". Contoh yang paling umum adalah saat kalian tidak berhasil menemukan barang yang kalian cari, dan barang itu secara ajaib muncul hanya ketika mama kalian yang gantian nyari. Atau pernah nggak kalian ngerasa kayak udah mengalami situasi tertentu sebelumnya—padahal itu baru terjadi untuk pertama kalinya? Nah, momen-momen seperti ini sering disebut sebagai "Glitch in the Matrix." di kalangan Gen Z.
Istilah "Glitch in the Matrix" pertama kali populer setelah film "The Matrix" (1999), di mana dunia yang kita kenal ini ternyata hanyalah simulasi komputer. Di dalam film tersebut, glitch adalah gangguan kecil dalam sistem simulasi, seperti melihat sesuatu yang "tidak seharusnya" terjadi. Istilah ini sekarang lebih umum digunakan untuk menjelaskan kejadian-kejadian aneh, gak masuk akal, dan kadang sulit dipercaya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Memang agak terdengar konyol ya setelah membaca ini, pasti kalian mikir 'Lah, terus kita tuh kaya karakter The Sims, gitu?'. WKWKWKWKW, kalian bisa sih berpikir begitu kalau mau simplenya.
Tapi, ada loh teori-teorinya yang lebih membumi. Jadi, yuk kita masuk ke pembahasaan mengenai 'Glitch in the Matrix' dan apa sih yang sebenarnya terjadi ketika kita mengalami hal misterius itu? Apakah kita benar-benar hidup dalam simulasi komputer seperti di film?
Apa itu "Glitch in the Matrix"?
Istilah "Glitch in the Matrix" berasal dari film The Matrix yang rilis pada tahun 1999, di mana dunia kita digambarkan sebagai simulasi komputer yang dikendalikan oleh mesin. Dalam film itu, karakter-karakternya mengalami apa yang disebut glitch, yaitu kejadian-kejadian kecil yang tidak masuk akal, seperti melihat hal yang sama terjadi dua kali berturut-turut—seperti "déjà vu." Glitch ini dianggap sebagai tanda bahwa ada gangguan dalam sistem simulasi.
Dalam kehidupan nyata, "Glitch in the Matrix" digunakan untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang sulit dijelaskan dan tampak seolah-olah ada kesalahan dalam "realitas" kita. Contohnya, ketika kalian melihat seseorang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mungkin atau ketika benda di sekitar kalian tiba-tiba "berpindah" tanpa ada penjelasan logis.
Teori-teori yang Menjelaskan "Glitch in the Matrix".
Ada beberapa teori untuk menjelaskan fenomena-fenomena ini, baik dari sudut pandang populer maupun ilmiah:
1. Teori Simulasi.
Teori ini adalah konsep dasar dari "Glitch in the Matrix." Menurut teori simulasi, seluruh alam semesta kita ini sebenarnya adalah simulasi komputer yang diciptakan oleh entitas dengan kecerdasan tinggi. Mungkin 5G? EH-- Salah, 5D(Aku baru aja bikin teori, gais, WKWKWKW). Lanjut, tokoh seperti Nick Bostrom, yakni seorang filsuf, pernah mengajukan gagasan bahwa kemungkinan besar kita hidup dalam simulasi. Jika ini benar, maka hal-hal aneh yang kita alami adalah hasil dari gangguan atau kesalahan kecil dalam sistem yang mengatur simulasi ini—seperti bug dalam program komputer.
2. Fenomena Quantum dan Multiverse.
Tidak jarang juga orang percaya bahwa glitch ini bisa dijelaskan oleh teori-teori fisika yang lebih kompleks, seperti teori multiverse. Teori ini mengusulkan bahwa mungkin saja terdapat banyak alam semesta yang eksis bersamaan, dan terkadang ada tumpang tindih yang menyebabkan kita "mengintip" ke realitas lain sejenak. Dalam fisika kuantum, ada konsep yang dikenal sebagai superposisi, di mana partikel-partikel dapat berada di lebih dari satu tempat pada waktu yang sama. Sebagian orang menyukai gagasan bahwa pengalaman glitch adalah manifestasi dari efek kuantum dalam kehidupan sehari-hari, namun, ini masih spekulatif dan belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Meskipun begitu, teori ini juga agak masuk akal bagi aku, karena NASA belum menyelusuri supercluster galaksi.
3. Kesalahan Persepsi dan Bias Kognitif.
Seringkali yang kita anggap sebagai glitch hanyalah kesalahan persepsi kita. Otak kita tidaklah sempurna dan belum matang sebelum usia ke 25, jadi, kita bertendensi membuat asumsi berdasarkan pola-pola yang dikenal. Contoh yang sederhana adalah fenomena pareidolia, yaitu kecenderungan kita untuk melihat pola yang dikenali—di objek acak. Misalnya, melihat wajah di awan atau di permukaan bulan. Dalam kasus “glitch”, otak kita mungkin saja sedang menyatukan informasi dari lingkungan dan berusaha membuatnya masuk akal, bahkan ketika sebenarnya informasi tersebut tidak jelas atau tidak lengkap. Contohnya gambar berikut(perhatikan baik-baik):
Kalau kalian memperhatikan baik-baik, gambar di atas menunjukkan pola awan yang membentuk Tuhan orang Kristen dan Katolik, Tuhan ku, Tuhan Yesus.
Selain itu, ada yang disebut konfirmasi bias, yaitu kecenderungan otak kita untuk lebih memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan keyakinan kita. Jika kita meyakini bahwa hal-hal aneh tsb adalah bukti bahwa kita hidup dalam simulasi, maka otak kita akan lebih sering “menangkap” dan mengingat kejadian-kejadian yang mendukung keyakinan itu, sementara mengabaikan atau melupakan yang tidak mendukung teori tsb.
4. Déjà Vu: Momen yang Sepertinya Pernah Terjadi.
Salah satu pengalaman paling umum yang sering disebut sebagai "glitch" adalah déjà vu. Kata ini berasal dari bahasa Prancis yang berarti "sudah terlihat." Déjà vu adalah perasaan yang sangat kuat bahwa kalian pernah mengalami situasi tertentu sebelumnya, padahal secara rasional itu tidak mungkin terjadi.
Dari sudut pandang ilmiah, déjà vu sebenarnya sudah cukup sering diteliti. Salah satu teori menyebutkan bahwa fenomena ini terjadi karena adanya 'korslet' kecil di otak kita. Otak kita memiliki bagian-bagian yang bertanggung jawab untuk mengolah memori jangka pendek dan jangka panjang. Terkadang, informasi yang seharusnya diolah di bagian jangka pendek malah dikirim ke bagian jangka panjang, sehingga kita merasa seperti sudah pernah mengalami kejadian tersebut sebelumnya. Inilah yang bisa menimbulkan perasaan déjà vu.
Ada juga penjelasan dari perspektif neuroscience. Sebuah studi yang dilakukan di Universitas Colorado menunjukkan bahwa déjà vu mungkin terkait dengan mekanisme pemeriksaan otak terhadap ingatan kita. Ketika otak kita mencoba membandingkan pengalaman saat ini dengan ingatan masa lalu, terkadang terjadi ketidakcocokan atau ‘overlap’ yang memunculkan sensasi familiar meskipun situasi tersebut baru saja terjadi.
5. Mandela Effect.
Fenomena “Mandela Effect” juga sering disebut sebagai contoh glitch. Mandela Effect adalah situasi di mana sekelompok besar orang mengingat sesuatu dengan cara yang salah, misalnya banyak orang yang mengira bahwa Nelson Mandela meninggal di penjara pada tahun 1980-an, padahal sebenarnya ia meninggal pada tahun 2013.
Studi psikologi menunjukkan bahwa memori manusia rentan terhadap distorsi dan tidak selalu bisa diandalkan. Otak kita tidak merekam kejadian seperti kamera, melainkan membentuk kembali memori setiap kali kita mengingatnya. Hal ini membuat memori kita sangat rentan terhadap perubahan, baik karena pengaruh luar maupun karena proses internal otak sendiri.
6. Kegagalan Proses Kognitif: Microsleep.
Microsleep, atau tidur mikro, adalah kondisi ketika otak kita "tertidur" selama beberapa detik, meskipun kita tampaknya masih terjaga. Microsleep bisa diartikan sebagai 'bengong'. Hal ini bisa menjelaskan beberapa fenomena aneh yang kita alami, misalnya tiba-tiba "melompat" ke suatu titik yang berbeda tanpa ingat bagaimana kita sampai di sana. Otak kita bisa kehilangan informasi selama beberapa detik tersebut, yang memberi kesan seperti ada sesuatu yang hilang atau tidak sesuai.
7. Kegagalan Proses Kognitif: Temporal Illusions.
Temporal illusions/ilusi temporal, adalah ilusi yang berhubungan dengan persepsi waktu. Contohnya adalah ketika kita merasa waktu berlalu lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya. Kadang-kadang, kita merasa seperti "melompat" ke waktu, atau merasa kejadian yang sedang berlangsung seolah-olah sudah pernah terjadi. Ini dapat memberikan kesan bahwa ada "gangguan" dalam realitas kita, padahal otak kita hanya sedang memproses informasi dengan kecepatan yang berbeda.
Mengapa kita Menganggapnya Sebagai 'Glitch'??
Lantas, kok kita lebih suka menyebut kejadian-kejadian ini "glitch" ketimbang mencoba mencari penjelasan ilmiahnya? Salah satu alasannya adalah bahwa cerita-cerita tentang 'glitch' terdengar jauh lebih menarik dan memicu imajinasi daripada penjelasan yang lebih masuk akal. Sebab, secara alami, kita ditakdirkan untuk menyukai hal-hal yang misterius dan sulit dijelaskan, karena hal-hal tersebut memberikan perasaan bahwa dunia kita ini lebih kompleks daripada yang tampak di permukaan.
Selain itu, istilah “glitch” juga memberikan semacam kelegaan emosional, terutama di tengah remi (keadaan emosional yang tidak stabil). Ketika kita mengalami sesuatu yang tidak bisa kita jelaskan, kita cenderung merasa terasing atau bahkan takut. Dengan menyebutnya sebagai "Glitch in the Matrix", kita merasa bahwa pengalaman kita bukanlah sesuatu yang benar-benar aneh atau abnormal, melainkan bagian dari fenomena yang sudah dikenal dan dialami banyak orang. Dari sini, bisa disimpulkan bahwa kita adalah makhluk yang memiliki defensive sense yang jauh lebih kuat dari makhluk hidup lainnya.
Ikhtisar.
'Glitch in the Matrix' ini adalah topik hangat yang menarik, serta menghibur untuk dibicarakan, tapi fenomena tsb dapat dijelaskan melalui berbagai teori psikologis dan neurologis. Kesalahan memori, bias persepsi, kegagalan proses kognitif, hingga ilusi temporal semuanya memberikan wawasan tentang bagaimana otak kita bekerja, dan bagaimana kita kadang salah memahami atau mengingat sesuatu.
Walau demikian, tidak ada ruginya kita memberi ruang bagi pikiran untuk berjalan-jalan sesekali. Membayangkan bila kita hidup dalam simulasi atau ada tumpang tindih dengan realitas lain bisa jadi salah satu cara yang mengasyikkan untuk merenungkan dunia ini, asalkan tetap bersandar pada akal sehat dan pengetahuan ilmiah, atau lebih bagus lagi, Tuhan, beserta kitab keyakinan kalian.
Suatu saat nanti, mungkin bakal muncul penemuan yang benar-benar memicu pertanyaan baru: 'Apakah kita sebenarnya hanya berada di dalam simulasi?' Sampai saat itu tiba, lebih baik kita menikmati kehidupan ini dalam jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Tambahan.
Tapi gaiss, teori mana nihh yang membuat kalian kepo atau bahkan kalian percayaii?? Komen di bawah ya! Secara pribadi, aku sih tertarik banget nih sama teori 'Fenomena Quantum dan Multiverse'!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H