Mohon tunggu...
PenaZevanya.
PenaZevanya. Mohon Tunggu... Penulis - Siswa/Penulis 'Karet, dan Getah'

Sejak usia tujuh tahun, saya gemar menulis. Saya mudah jatuh cinta dengan buku-buku jadul, meski halamannya lecek dan keriting bagai rambut yang habis dicatok. I'm extremely flexible, so artikel-artikel yang saya tulis di sini beragam, agar kalian tidak mempunyai ruang untuk kebosanan, hehe! sekaligus agar saya mendapatkan cuan-cuan wangyԅ(¯﹃¯ԅ).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Yang Lagi Viral: Glitch in the Matrix

6 Oktober 2024   08:30 Diperbarui: 6 Oktober 2024   14:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sudut pandang ilmiah, déjà vu sebenarnya sudah cukup sering diteliti. Salah satu teori menyebutkan bahwa fenomena ini terjadi karena adanya 'korslet' kecil di otak kita. Otak kita memiliki bagian-bagian yang bertanggung jawab untuk mengolah memori jangka pendek dan jangka panjang. Terkadang, informasi yang seharusnya diolah di bagian jangka pendek malah dikirim ke bagian jangka panjang, sehingga kita merasa seperti sudah pernah mengalami kejadian tersebut sebelumnya. Inilah yang bisa menimbulkan perasaan déjà vu.

Ada juga penjelasan dari perspektif neuroscience. Sebuah studi yang dilakukan di Universitas Colorado menunjukkan bahwa déjà vu mungkin terkait dengan mekanisme pemeriksaan otak terhadap ingatan kita. Ketika otak kita mencoba membandingkan pengalaman saat ini dengan ingatan masa lalu, terkadang terjadi ketidakcocokan atau ‘overlap’ yang memunculkan sensasi familiar meskipun situasi tersebut baru saja terjadi.


5. Mandela Effect.

Fenomena “Mandela Effect” juga sering disebut sebagai contoh glitch. Mandela Effect adalah situasi di mana sekelompok besar orang mengingat sesuatu dengan cara yang salah, misalnya banyak orang yang mengira bahwa Nelson Mandela meninggal di penjara pada tahun 1980-an, padahal sebenarnya ia meninggal pada tahun 2013.

Studi psikologi menunjukkan bahwa memori manusia rentan terhadap distorsi dan tidak selalu bisa diandalkan. Otak kita tidak merekam kejadian seperti kamera, melainkan membentuk kembali memori setiap kali kita mengingatnya. Hal ini membuat memori kita sangat rentan terhadap perubahan, baik karena pengaruh luar maupun karena proses internal otak sendiri.


6. Kegagalan Proses Kognitif: Microsleep.

Microsleep, atau tidur mikro, adalah kondisi ketika otak kita "tertidur" selama beberapa detik, meskipun kita tampaknya masih terjaga. Microsleep bisa diartikan sebagai 'bengong'. Hal ini bisa menjelaskan beberapa fenomena aneh yang kita alami, misalnya tiba-tiba "melompat" ke suatu titik yang berbeda tanpa ingat bagaimana kita sampai di sana. Otak kita bisa kehilangan informasi selama beberapa detik tersebut, yang memberi kesan seperti ada sesuatu yang hilang atau tidak sesuai.


7. Kegagalan Proses Kognitif: Temporal Illusions.

Temporal illusions/ilusi temporal, adalah ilusi yang berhubungan dengan persepsi waktu. Contohnya adalah ketika kita merasa waktu berlalu lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya. Kadang-kadang, kita merasa seperti "melompat" ke waktu, atau merasa kejadian yang sedang berlangsung seolah-olah sudah pernah terjadi. Ini dapat memberikan kesan bahwa ada "gangguan" dalam realitas kita, padahal otak kita hanya sedang memproses informasi dengan kecepatan yang berbeda.

Mengapa kita Menganggapnya Sebagai 'Glitch'??

Lantas, kok kita lebih suka menyebut kejadian-kejadian ini "glitch" ketimbang mencoba mencari penjelasan ilmiahnya? Salah satu alasannya adalah bahwa cerita-cerita tentang 'glitch' terdengar jauh lebih menarik dan memicu imajinasi daripada penjelasan yang lebih masuk akal. Sebab, secara alami, kita ditakdirkan untuk menyukai hal-hal yang misterius dan sulit dijelaskan, karena hal-hal tersebut memberikan perasaan bahwa dunia kita ini lebih kompleks daripada yang tampak di permukaan.

Selain itu, istilah “glitch” juga memberikan semacam kelegaan emosional, terutama di tengah remi (keadaan emosional yang tidak stabil). Ketika kita mengalami sesuatu yang tidak bisa kita jelaskan, kita cenderung merasa terasing atau bahkan takut. Dengan menyebutnya sebagai "Glitch in the Matrix", kita merasa bahwa pengalaman kita bukanlah sesuatu yang benar-benar aneh atau abnormal, melainkan bagian dari fenomena yang sudah dikenal dan dialami banyak orang. Dari sini, bisa disimpulkan bahwa kita adalah makhluk yang memiliki defensive sense yang jauh lebih kuat dari makhluk hidup lainnya.

Ikhtisar.

'Glitch in the Matrix' ini adalah topik hangat yang menarik, serta menghibur untuk dibicarakan, tapi fenomena tsb dapat dijelaskan melalui berbagai teori psikologis dan neurologis. Kesalahan memori, bias persepsi, kegagalan proses kognitif, hingga ilusi temporal semuanya memberikan wawasan tentang bagaimana otak kita bekerja, dan bagaimana kita kadang salah memahami atau mengingat sesuatu.

Walau demikian, tidak ada ruginya kita memberi ruang bagi pikiran untuk berjalan-jalan sesekali. Membayangkan bila kita hidup dalam simulasi atau ada tumpang tindih dengan realitas lain bisa jadi salah satu cara yang mengasyikkan untuk merenungkan dunia ini, asalkan tetap bersandar pada akal sehat dan pengetahuan ilmiah, atau lebih bagus lagi, Tuhan, beserta kitab keyakinan kalian.

Suatu saat nanti, mungkin bakal muncul penemuan yang benar-benar memicu pertanyaan baru: 'Apakah kita sebenarnya hanya berada di dalam simulasi?' Sampai saat itu tiba, lebih baik kita menikmati kehidupan ini dalam jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Tambahan.

Tapi gaiss, teori mana nihh yang membuat kalian kepo atau bahkan kalian percayaii?? Komen di bawah ya! Secara pribadi, aku sih tertarik banget nih sama teori 'Fenomena Quantum dan Multiverse'!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun