Anak sekarang makan olahan ala desa banyak yang tidak doyan, mereka lebih suka makanan cepat saji yang gurih, renyah, pedas, padahal berbagai macam makanan itu belum tentu sehat. Dulu masa remaja saya pun juga seperti itu sih sebenarnya, makan sayuran juga tidak suka. Tapi selera menjadi berubah dan mengikuti pasangan kita. Karena suami menyukai sayuran, olahan terong, menjadi ikut suka. Termasuk olahan berbagai terong yang ternyata sangat nikmat, apalagi kalau dimakan dengan nasi panas, cocok dimakan pagi atau sore hari.
Saking demennya, para santri yang dari desa selalu membawakan terong yang banyak ketika silaturohmi ke rumah. Terong bisa diolah menjadi sayur lodeh pedas, balado terong, Sayur bobor tidak pedas, sayur asem, atau cukup hanya dibakar, digoreng, atau dikukus dimakan langsung dengan sambal tomat. Wah rasanya sangat menggugah selera dan bikin lidah bergoyang.
Masyarakat Jepang Penyuka Terong
Ternyata Masyarakat Jepang sangat menyukai sayuran terong, hal ini pernah penulis temui di beberapa desa di Malang mengeskpor terong dalam skal besar. Nah kenapa Jepang mengekspor Terong dari Indobesia? Padahal pertanian di Jepang sangat canggih. Ternyata ini jawabannya
Untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang tinggi, terutama dalam industri kuliner  yang kaya akan hidangan berbasis sayuran segar. Terong merupakan bahan utama dalam banyak masakan Jepang, seperti tempura, miso dengaku, dan nasu itame, yang menjadikannya komoditas penting. Produksi terong lokal di Jepang sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, terutama karena keterbatasan lahan pertanian, iklim yang lebih dingin di musim tertentu, dan tingginya biaya produksi. Indonesia, dengan iklim tropisnya, mampu memproduksi terong sepanjang tahun dengan kualitas yang sesuai standar Jepang, seperti ukuran, tekstur, dan rasa.
Pasar terong di Jepang sangat kompetitif, tetapi peluang tetap besar bagi eksportir dari Indonesia. Konsumen Jepang sangat menghargai produk segar dengan kualitas tinggi dan kemasan yang baik, sehingga penting bagi eksportir untuk memastikan terong yang dikirim memenuhi standar keamanan pangan Jepang. Selain itu, pasar ini juga dipengaruhi oleh preferensi terhadap produk organik dan ramah lingkungan, memberikan peluang bagi petani Indonesia untuk memasuki segmen premium. Dengan hubungan perdagangan yang baik antara Indonesia dan Jepang serta dukungan logistik yang semakin efisien, impor terong dari Indonesia dapat terus tumbuh, terutama jika eksportir mampu menjaga kualitas dan konsistensi pasokan.
Manfaat Terong Dalam berbagai Perspekif
Manfaat terong dapat dilihat dari berbagai perspektif, baik kesehatan, ekonomi, maupun lingkungan. Berikut uraian lengkapnya:
1. Perspektif Kesehatan
Terong kaya akan nutrisi seperti serat, vitamin, mineral, dan antioksidan, yang bermanfaat untuk tubuh. Kandungan seratnya membantu memperlancar pencernaan dan mengontrol kadar gula darah, sehingga baik untuk penderita diabetes. Antioksidan seperti nasunin dalam kulit terong membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, terong rendah kalori, menjadikannya pilihan makanan yang cocok untuk menjaga berat badan. Terong juga dikenal mendukung kesehatan jantung karena membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL).
2. Perspektif Kuliner
Dari sisi kuliner, terong adalah bahan makanan yang serbaguna. Di berbagai budaya, terong diolah menjadi hidangan khas seperti baba ghanoush di Timur Tengah, tempura di Jepang, atau balado di Indonesia. Teksturnya yang lembut setelah dimasak dan kemampuannya menyerap bumbu menjadikannya favorit dalam berbagai masakan, baik vegetarian maupun non-vegetarian.
3. Perspektif Ekonomi
Bagi petani dan pelaku agribisnis, terong memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama karena permintaannya stabil di pasar lokal maupun internasional. Terong yang diekspor ke negara seperti Jepang atau Eropa memberikan peluang besar bagi petani Indonesia untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu, terong relatif mudah ditanam dan memiliki siklus panen yang cepat, menjadikannya tanaman yang menguntungkan secara ekonomi.
4. Perspektif Lingkungan
Terong sebagai tanaman hortikultura memiliki peran dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di lahan yang tidak terlalu subur, sehingga cocok untuk program diversifikasi tanaman di daerah tropis. Selain itu, varietas lokal terong yang tahan terhadap hama dan penyakit dapat mengurangi kebutuhan pestisida, yang mendukung pertanian ramah lingkungan.
5. Perspektif Sosial dan Budaya
Terong memiliki nilai budaya yang unik di beberapa daerah. Dalam tradisi kuliner, terong sering dianggap simbol kesederhanaan karena mudah ditemukan dan diolah. Di beberapa budaya Asia, termasuk Indonesia, terong juga sering dihubungkan dengan filosofi kesederhanaan dan penghargaan terhadap hasil bumi.
Secara keseluruhan, terong tidak hanya penting sebagai bahan pangan bergizi, tetapi juga sebagai komoditas ekonomi dan simbol budaya yang mendukung berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Asumsi Terong Bikin Ngantuk? Benarkah?
Asumsi bahwa makan terong membuat ngantuk adalah salah satu kepercayaan yang beredar di masyarakat, tetapi secara ilmiah hal ini belum terbukti secara langsung. Ada beberapa alasan mengapa asumsi ini muncul, dan penjelasannya bisa dilihat dari beberapa sudut pandang berikut:
1. Kandungan Senyawa dalam Terong
Terong mengandung senyawa alkaloid seperti scopoletin dalam jumlah kecil, yang dapat memengaruhi sistem saraf. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki efek relaksasi ringan, yang mungkin membuat seseorang merasa lebih tenang dan rileks. Efek ini bisa saja diinterpretasikan sebagai rasa kantuk, meskipun sebenarnya tidak cukup kuat untuk membuat seseorang benar-benar tertidur.
2. Efek Psikologis dan Budaya
Dalam beberapa budaya, terong dianggap sebagai makanan yang "dingin" atau "mendinginkan tubuh" menurut konsep pengobatan tradisional. Efek "dingin" ini sering dihubungkan dengan rasa lemas atau ngantuk, meskipun ini lebih bersifat sugestif dan tidak berbasis bukti ilmiah.
3. Hubungan dengan Pola Makan
Kantuk setelah makan lebih sering disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap makanan secara keseluruhan, bukan karena terong secara spesifik. Setelah makan, darah dialihkan ke saluran pencernaan untuk membantu proses cerna, yang dapat mengurangi aliran darah ke otak dan menyebabkan kantuk. Jika terong dimakan bersama dengan makanan berat atau berkarbohidrat tinggi, efek ini bisa lebih terasa.
Secara ilmiah, tidak ada bukti kuat bahwa makan terong langsung menyebabkan kantuk. Rasa kantuk setelah makan terong kemungkinan besar disebabkan oleh faktor lain, seperti pola makan, kondisi tubuh, atau sugesti. Namun, jika seseorang merasa ngantuk setelah makan terong, itu mungkin karena sensitivitas tubuh mereka terhadap kandungan terong atau efek relaksasi yang dirasakan.
Secara keseluruhan, terong tidak hanya penting sebagai bahan pangan bergizi, tetapi juga sebagai komoditas ekonomi dan simbol budaya yang mendukung berbagai aspek kehidupan masyarakat. Makan jangan ragu untuk mencicipi berbagai olahan makan terong, sekali coba bikin melekat di lidah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H