Itulah tradisi bangunan kinerja dengan sistim monitoring melekat dalam hati. Â "Tuhan Selalu Ada Dimana-mana." Kemauan melakukan terbaik bukan karena ingin memperoleh nilai baik atau penilaian baik dari atasan, atau orang lain.Â
Untuk menjaga tradisi kesederhanaan, Â tuan rumah tidak perlu menyewa gedung yang mahal, Â bahkan tak perlu menyewa tenda atau kursi untuk pertemuan.Â
"Cukup duduk di bawah, Â seperti duku di Pesantren."
Begitu prinsipnya dan tradisi hidup sederhana ini tetap terus dijaga hingga saat alumni sudah tidak di pesantren lagi.Â
Kesederhanaan menjadi salah satu bagian tradisi pesantren yang terus dijaga, Â sebab dalam konsep kehidupan pesantren, Â dunia ini hanya tempat mampir minum. Dunia saat ini hanya merupakan jalan menuju kehidupan berikutnya yang abadi. Oleh sebab itu, tak perlu menjadikan dunia sebagai tujuan, sebab memang bukan tujuan hidup sebenarnya.Â
Untuk menjaga cara pandang tentang dunia tersebut, para alumni terus diingatkan konsep-konsep dasar sufisme agar hidup ini justeru tidak membuat jauh dari Allah swt. Subtsansi dalam kitab, sebenarnyalah perilaku hidup yang terarah dan terkontrol oleh pengetahuan agama.Â
Para alumni tetap diminta untuk menjaga tradisi pembelajaran dengan pola wettonan kitab gundul, Â atau kitab kuning. Itulah salah satu alasan, Â alumni dengan pesantrennya tak pernah terputus. Rasa kebersamaan dengan pesantren tetap terjaga, Â sebab pesantren selalu hadir dalam setiap masa kehidupannya. Tradisi selalu ada itu sulit untuk bisa ditemukan di lembaga pendidikan lainnya.Â