Mulai Mendalam: Kian ke Dalan Kian Dalam RasanyaÂ
Saat saya mengajar dalam kelas, acapkali melihat mahasiswa yang suka manggut-manggut atau menimpali ulang apa yang saya jelaskan. Kebiasaan begini bisa menggambarkan tentang perilaku dan kondisi mental seseorang.
Acapkali, kemampuan menulis seseorang memang  tak selalu sejalan dengan kemampuan membaca, apalagi mendengarkan. Memang mungkin tak terlalu ada hubungan yang signifikan antara ketiganya, tetapi yang saya lihat dalam beberapa event akademik, seperti dalam kelas atau seminar, menunjukkan itu nyata ada hubungannya.
Beberapa orang yang cara mendengarkannya bagus, dia sering kali terlihat mantuk-mantuk, menganggukkan kepalanya, bahkan sering menimpali dengan berbagai kata yang menggambarkan kepahamannya.
Tetapi, tampaknya hampir banyak orang yang pandai mendengarkan itu, tak pandai pula membaca. Saat diberikan tugas membaca, orang yang pandai manggut-manggut atau menimpali itu, sering kali tak terlihat menyampaikan temuannya saat diminta menjelaskan. Dia hanya bisa menjelaskan pada teman sebelahnya, atau bergumam pelan seperti bicara pada dirinya sendiri.
Sekarang ini, saya tidak ingin bicara tentang perilaku itu, tetapi saya ingin bicara tentang suasana batin ku yang mungkin menjadi gambaran dalam aktifitas coaching Jogja ini.
Background of the Study
Pada tahap setelah abstract analysis, selanjutnya menganalisa background of the study, dan Signigicance Theory. Ah, itu bahasa yang rumit dipahan banyak orang, tapi saya berusaha untuk bisa menggambarkan secara sederhana agar saat dibaca secara mudah.
Backround of The Study, atau sering juga disebut dengan Latar Belakang merupakan sebuah gambaran riil mengapa sebuah tulisan itu diangkat sehingga menjadi penting untuk dibaca.
Misal saja, saya saat ini ada di Jogjakarta. Kala saya hanya menyampaikan bahwa saya di Jogjakarta, maka tak mudahlah orang bisa memahami atau menjawab pertanyaan, untuk apa atau mengapa ke Jogjakarta? Bagaimana bisa sampai ke Jogjakarta? Ada keperluan apa sehingga perlu ke Jogjakarta, mengapa tidak ke Surabaya atau Jakarta? Adakah sesuatu yang pantas dijadikan alasan penting harus di Jogja?
Alur logika sain, juga sama dengan apa yang hendak diterangkan ddi dalam pertanyaan itu. Latar belakang sebuah karya ilmiah, kata Prof Jaya, hendaklah mampu memberikan gambaran secara utuh tentang apa yang hendak dicapai dalam artikel tersebut.
Saya memahami apa yang dijelaskan oleh Prof. Jaya bahwa latar belakang itu laksana bagian depan sebuah kantor atau hotel, dia harus memberikan gambaran utuh atas nuansa dalamnya. Oleh sebab itu, latar belakang jangan lebih dari apa yang hendak digambarkan isi.
Jika sebuah hotel ingin memberikan gambaran tentang seni budaya lokal daerahnya, maka promosi tentang budaya itu pastinya diletakkan di bagian depan, bukan di bagian belakang. Artinya, latar belakang tempat dimana penulis akan mempromosikan karyanya, harus mampu memberikan gambaran yang menarik bagi para pembacanya.
Laksana seorang fotografer yang handal, seorang penulis juga harus mampu memastikan bahwa apa yang dijelaskan itu merupakan fokus. Tidak ada gado-gado dalam latar belakang sebuah penelitian. "Buang gado-gado itu," teriak Prof Jaya untuk meyakinkan pada peserta.
Kajian Teori: Ramuan Manjur Membelah Masalah
Seorang penulis, sama dengan seorang pramusaji atau chef harus mampu mengolah agar masakannya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Seorang peneliti, juga harus pandai meramu teori yang akan digunakan. Banyak teori yang dapat dipilih, tapi tidak semua teori harus masuk secara keseluruhan.Â
"Anda bukan sedang menulis sebuah buku," kata Prof Jaya, "anda sedanh menulis artikel, jadi berpikirlah untuk dapat membatasi apa yang harus diktakan tetapi padat isinya."
Teori yang dipilih mesti didasarkan atas keperluan dan kebutuhan untuk dapat melihat. Teori laksana sebuah jendela, dia menentukan cara pandang seseorang agar dapat menelanjangi semua data secara benar.
Seorang yang mamou meramu kerangka teoritisnya secara baik, maka dia akan mampu melihat pada apa yang berada di balik jendelanya itu.
"Tapi, ingat...! jangan memasukkan semua teori sehingga menjadi gado-gado." Peringatan keras Prof Jaya mengakhiri sesi panas itu...
Terima kasih Prof Jaya...
Terima kasih Prof Wahid...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H