Mohon tunggu...
Zen Siboro
Zen Siboro Mohon Tunggu... Freelancer - samosirbangga

Terkadang suka membaca dan menulis. Pencumbu Kopi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BRICS: Peluang atau Ancaman bagi Indonesia (I)

2 Mei 2023   18:35 Diperbarui: 2 Mei 2023   18:49 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari kekuatan poros ekonomi baru di tatanan global, BRICS kemudian mulai dipertimbangkan sebagai sebuah poros kekuatan baru pada politik internasional. Kehadiran negara anggota BRICS yang juga menjadi negara anggota G20 dianggap menjadi poros kekuatan politik baru dari perspektif geopolitik.  

Sebagai poros politik baru BRICS menggunakan konsep tiga pilar dalam proses kerjasama sesama anggota. Tiga pilar tersebut mencakup pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi dan keuangan, serta pilar budaya dan pertukaran antar manusia (people exchange). Sebagai pelengkap pilar tersebut, negara anggotra BRICS senantiasa membawa isu penting internasional layaknya isu yang dimiliki organisasi internasional lainnya, seperti menegakkan keadilan global, reformasi system pemerintahan, dan membawa isu-isu penting di masing-masing negara anggota agar juga tersampaikan pada berbagai forum internasional lainnya.

Jika kita melihat dengan kacamata sederhana, tanpa perlu memberikan usaha ekstra dalam eksistensinya, BRICS sejatinya sudah menjadi sebuah organisasi internasional yang patut diperhitungkan pada konstelasi geopolitik internasional. Mengapa? Karena saat ini masing-masing negara anggota organisasi antar pemerintah tersebut sudah menjelma menjadi pemain raksasa dalam dunia internasional.

Baik secara latar belakang budaya dan keragaman populasi, setiap anggota BRICS sesungguhnya tidak memiliki sejarah kebangsaan yang sama secara kontras, dan juga memiliki sistem demokrasi yang berbeda. Begitu juga dengan sejarah kebudayaan, hampir tidak ada hal yang menjadi persamaan secara spesifik antara satu negara anggota dengan anggota lainnya. Lantas apa yang membuat mereka menjadi layak diperhitungkan?

Negara anggota BRICS merupakan negara-negara yang memiliki keunggulan tersendiri baik dari sejarah maupun kondisi terkini. Rusia contohnya, selain menjadi pemain lama dalam politik internasional sejak zaman Uni Soviet (Perang Dunia ke II) juga menjadi salah satu poros politik, militer, dan ekonomi terkuat yang mampu menjadi penyeimbang di antara negara-negara Barat lainnya. Sehingga tak heran, bahkan saat sedang berkonflik dengan Ukraina sekalipun Putin selaku pemimpin negara bahkan seolah tidak ambil pusing dengan segala sanksi yang dikenakan negara belahan Barat pada negara tersebut.

Pun juga dengan Cina dan India yang saat ini menjadi raksasa baru pada bidang industri (barang dan jasa) serta teknologi. Cina hari ini dikenal dengan negara yang mampu memproduksi barang apa saja. Mulai dari bahan kebutuhan pokok manusia hingga keberadaan perangkat teknologi terbaru yang pasarnya mencapai seluruh wilayah internasinal. Tak kalah menarik lainnya, kemajuan ekonomi tersebut juga diikuti dengan kemampuan pertahanan militer yang meningkat secara signifikan khususnya dalam 2 dekade terakhir.

Perkembangan negara Tirai Bambu ini semakin terlihat jelas dengan slogan yang dicetuskan oleh pemerintahnya The State Council of the People of Republic of China 2021 atau yang dikenal dengan istilah “Standar Cina 2035” pada Oktober 2021. Slogan itu kemudian diikuti dengan langkah mengejutkan Cina pada Organisasi Hak Paten Internasional atau World Intellectual Property Organization (WIPO) pada tahun 2020. Pada tahun tersebut WIPO merilis setidaknya terdapat 68.720 paten dan kekayaan intelektual yang didaftarkan Cina selama setahun, dimana pengajuan ini bahkan lebih banyak dari yang Amerika ajukan ke WIPO. 

Sementara itu, India saat ini menjadi sebuah negara yang kaya akan inovasi teknologi tepat guna yang dibarengi dengan peningkatan pendidikan dan kualitas sumber daya manusia. Tidak sedikit perusahaan raksasa internasional hari ini yang mempekerjakan warga keturunan India, setidaknya lima perusahaan raksasa teknologi internasional seperti Twitter, Google, Nettapp, Adobe, dan Microsoft menjadikan warga India sebagai CEO. Hebatnya lagi, andai saja tidak terkendala pada proses perizinan dan proses perbaikan produk mobil listriknya, bahkan sebuah perusahaan otomotif raksasa seperti Tesla pada Juni 2021 juga ingin berinvestasi di negara yang terkenal dengan produksi film Bollywood tersebut.

Fakta lain adalah pada Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) India berada pada posisi 132 dari 199 negara di dunia pada tahun 2022. Posisi India berada 2 tingkat di bawah Indonesia yang berada pada posisi 130. Hanya saja, peningkatan poin HDI India sedikit lebih tinggi dari Indonesia yaitu pada 0.63 poin dimana Indonesia meraih 0.62 poin. Menariknya, peningkatan perolehan HDI India tersebut disumbangkan sektor pendidikan wilayah Kerala dengan performa pendidikan yang hampir mencapi 100%.

Afrika Selatan sebagai pendatang terakhir di BRICS pada 2010 silam juga menjadi sebuah negara yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Afrika Selatan menjadi salah satu negara sebagai tujuan investasi internasional saat ini mengingat negara ini melimpah dengan potensi sumber daya alam dari sektor tambang, bahkan kekayaan alam tersebut mewakili 50% jumlah keseluruhan produksi barang tambang di Benua Afrika. Kekayaan potensi tambang tersebut tersebar dalam produksi mineral seperti emas, platinum, berlian, batu bara, bijih besi, nikel, bijih mangan, dan bijih kromium.

Selain dari kemampuan masing-masing anggota tersebut BRICS kemudian mulai diperhitungkan sebagai organisasi internasional dengan pendekatan multikultural yang inklusif karena tidak adanya persamaan latar belakang yang signifikan sesama negara anggota. Pun juga karena anggota BRICS juga menjadi anggota G20, hal ini menjadi rangsangan baru bagi negara berkembang lainnya untuk menjadikan BRICS sebagai wadah kerjasama ekonomi alternatif selain G20.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun