Mohon tunggu...
Zendri Anggianta Hs
Zendri Anggianta Hs Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Tetap Hidup walaupun tidak berguna!.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenali Singkat ORIENTALISME Dan Pendekatan Terhadap Kajian Islam Di Indonesia

12 Desember 2024   12:08 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:08 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penulis dan foto Orientalisme (diambil dari google)

Apa sih orientalisme? Secara etimologi orientalisme berasal dari kata orient yang berarti timur dan isme yang berarti paham atau aliran. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) orientalisme adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari budaya ketimuran. Orang yang mempelajari ilmu itu disebut dengan orientalis. Jadi dapat disimpulkan bahwa orientalisme adalah paham/ aliran yang berkeinginan mengkaji budaya timur atau barat mengkaji timur baik dari segi ilmu, peradaban, adat istiadat maupun dari agama.

Orientalisme ini menurut sebagian penelitian menyebutkan bahwa munculnya orientalisme ini pada awal abad ke-11 masehi. Akan tetapi pendapat yang lebih akurat, orientalisme muncul di Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Hijriah ketika kaum slaibis menyerang Spanyol menyerang kaum muslimin. Kala itu Alfons, raja Konstantinopel, memerintahkan kepada seorang yang bernama Michael Scott untuk melakukan penelitian terhadap disiplin ilmu yang ada pada kaum muslimin Andalusia. Penyebab langsung munculnya orientalis atau ahli ketimuran adalah adanya studi-studi yang dilakukan oleh ilmuwan Barat tentang ketimuran baik berupa sastra, sejarah, adat istiadat maupun agama di timur Asia termasuk Islam didalamnya.

Orientalisme ini muncul pasti terdapat faktor pendorong gerakan orientalisme. Apa saja sih yang menjadi faktor pendorong dari orientalisme ini? Dalam orientalisme terdapat beberapa faktor yang mendorong gerakan dari ororientalism: pertama adalah faktor masa lalu, Dimana dalam keilmuannya Barat sangat jauh ketinggalan yang disebabkan oleh Pertentangan antara ilmu dan agama. Dalam masalah ekonomi rakyat dimana rakyat Kecil tidak memiliki kebebasan dalam harta, dan kemiskinan meraja lela, serta Penindasan. Dalam aspek kesehatan mereka masih percaya kepada ramalan-ramalan.

 Kedua adalah faktor keagamaan, Barat yang di satu sisi Mewakili kristen memandang Islam sebagai agama yang sejak awal menentang Doktrin-doktrinnya. Misi Islam misalnya menyempurnakan millah sebelumnya tentu Banyak melontarkan koreksi terhadap agama itu. Selain itu konsep teologi Islam yang telah berhasil menjinakkan konsep-konsep metafisika Yunani Yang sangat menarik untuk dikaji.

 Ketiga adalah faktor politik, dorongan politik yaitu dengan memperluas daerah jajahan dan proses kolonialisme dan imperialisme di Timur. Perang salib adalah peperangan yang pada dasarnya merebut kembali wilayah yang dulunya di kuasai oleh kaum Kristen. Perang salib juga merupakan sebuah wujud konfrontasi antara Kristen dan Islam sebagai bentuk benturan antara Barat dan Timur dalam tataran politik. 

Keempat adalah faktor ekonomi, faktor ekonomi adalah faktor yang paling kuat untuk melahirkan orientalisme, karena dengan menguasai ilmu ketimuran lewat para Cendikiawannya, Barat dengan mudah memiliki data kekayaan negeri-negeri yang Ada di Timur. Para orientalis mendirikan pabrik-pabrik di wilayah Timur, menggali sumber alam, mengambil rempah-rempah hingga lambat laun usaha yang dimiliki oleh orang-orang Timur mengalami kemunduran dan sebaliknya milik Barat mengalami kemajuan.

Dengan faktor pendorong yang bermacam-macam tujuan orientalisme yang ingin dicapai juga bervariasi. Yang mana tujuan utama dari orientalisme ini adalah memahami dan mengungkap makna yang tersembunyi dari simbol-simbol budaya Islam, dengan bahasa Arab menjadi kunci utamanya. Agama menjadi tujuan yang pertama yaitu agama Islam.

 Adapun tujuan yang ingin di capai bagi para orientalis ini yakninya membuat keraguan terhadap Al-Qur'an yang mana para orientalis ini berkesimpulan bahwa Al-Qur'an bukan bersumber dari Allah, membuat keraguan bahwa ajaran Nabi Muhammad bukan ajaran yang benar termasuk membuat keabsahan terhadap hadits hadits Nabi Muhammad. Membuat keraguan terhadap nilai fiqih Islami yang asasi, bahkan yang lebih parah lagi ingin memurtadkan kaum muslim dari agamanya sendiri. Tujuan kedua orientalisme adalah keilmuan karena pada saat itu orang Islam berhasil mengembangkan sains dan teknologi dari berbagai bangsa, sedangkan orang orang barat belum memiliki apa-apa. Dan masih banyak lagi tujuan lainnya dari  orientalisme yang ingin di capai pada saat itu.

Selanjutnya adalah model pendekatan kajian Islam di Indonesia. Terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan oleh orientalis dalam kajian Islam di Indonesia yakninya: pertama pendekatan dekonfesionalisasi. Pendekatan   mengabaikan istilah atau kosakata yang berkaitan dengan agama tertentu untuk menciptakan kesepakatan yang lebih luas antara berbagai kelompok. Teori ini diterapkan dalam konteks untuk menemukan bahasa yang dapat menyatukan perbedaan agama dan etnisitas dalam forum tertentu. 

Kedua Domistikasi, Teori ini merujuk pada bagaimana kekuatan politik Islam di indonesia mengalami pemandulan melalui berbagai konflik historis, seperti antara kerajaan Islam di pesisir dan kerajaan sinkretis di pedalaman. Proses ini men unjukkan bahwa meskipun Islam memiliki pengaruh yang besar, ada persaingan yang mengarah pada perubahan dalam tatanan politik. 

Ketiga Skismatik dan aliran, Pendekatan ini mengklasifikasikan umat Islam menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan pengamalan dan sikap politik mereka, seperti kelompok santri (taat) dan abangan (sinkretis). Pendekatan ini menyoroti pentingnya identitas kultural dalam dinamika politik. 

Keempat trikotomi, adalah model ini membagi kelompok Islam ke dalam tiga kategori: fundamentalis, reformis, dan akomodasionis berdasarkan sikap mereka terhadap ideologi politik dan interaksi dengan negara. Ini merefleksikan keragaman dalam pandangan politik di kalangan masyarakat muslim di Indonesia.

 Kelima Islam kultural, pendekatan ini mengamati pergeseran dari politik ke kegiatan kultural, dimana umat Islam berusaha menghindari konfrontasi dengan negara dan lebih fokus pada pengembangan identitas religius serta kultur mereka.

Secara keseluruhan, kajian ini menunjukkan bahwa meski pun terdapat kritik terhadap orientalis, karya-karya mereka masih memberikan kontribusi yang signifikan untuk memahami dinamika hubungan antara Islam dan politik di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun