Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada DKI, Tanpa SARA

4 Oktober 2016   15:03 Diperbarui: 4 Oktober 2016   15:25 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                 sumberfoto,poskotanews.com

Tentu sangat menarik dan anti klimaks, ketika kita melihat Ramainya Pilkada 2017 DKI dan wilayah lain, yang terbentuk dinamika politik yang makin tak terkendali dengan munculnya issue issue Agama, Ras dan Budaya yang diwarnai oleh beberapa peristiwa kekerasan terutama di DKI, tidak menutup akan bisa meluas di seantero Wilayah Indonesia.

Semangat Pendzaliman satu kelompok kepada kelompok yang lain, justru merisaukan kehidupan masyarakat, terasa ada nuansa ancaman keamanan dan ketertiban masyarakat, imbas pertentangan keyakinan akan semakin memuncak dan melahirkan benturan keras antar keyakinan yang didasari issue issue Agama, Ras dan Budaya.

Tentu bukan hanya penyelenggara Negara yang didominasi oleh Pemerintah, namun juga kalangan masyarakat sendiri juga merasa ada terjadi pemecah belahan ikatan kekeluargaan diantara warga, batas keyakinan yang susah untuk dikompromikan menjadi titik rawan pertentangan yang tidak akan ada habisnya, sehingga melahirkan kekerasan dan pemusnahan satu sama lain.

Ahok yang menjadi sentral issue Agama, Ras dan Budaya yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang memuaskan dimata warga DKI, telah memicu munculnya musuh musuh dikalangan luas di masyarakat, terutama para pemburu keuntungan yang mulai tersingkir dari dinamika kehidupan warga DKI, akibat diberlakukannya sendi sendi pemerintahan yang baik dan benar.

FPI yang melakukan perannya sebagai kelompok garis keras issue Agama, jelas memberikan perlawanan keras terhadap eksistensi Ahok sebagai Gubernur maupun Calon Gubernur Pilkada DKI 2017, Issue Agama secara masif di pertontonkan dengan mendiskreditkan Ahok sebagai seorang Nasrani yang memerintah didalam masyarakat Muslim,

Penggusuran penggusuran yang dilakukan oleh Ahok menjadi barang hujatan bagi Petahana, dengan menyebarkan issue issue Agama, Ras dan Budaya, seolah olah apa yang dilakukan oleh Ahok didasari oleh pertimbangan Agama, Ras dan Budaya, Tidak menggunakan logika sehat dan penelaahan yang seimbang dan rasional, kenapa penggusuran dilokasi lokasi itu dilakukan dan harus dikerjakan sekarang ini.

Kerasnya penstempelan kepada Ahok dan membabi butanya kelompok garis keras, telah membangkitkan kesadaran kebangsaan masyarakat DKI, sehingga terjadi perlawanan yang masif terhadap Issue issue Agama, Ras dan Budaya tersebut, Justru menjadi peringatan keras bagi siapa saja yang membawa Issue Issue Ras, Agama dan budaya akan memperoleh perlawanan keras dari masyarakat DKI pada saat Pilkada 20017 nanti,   

Jangan coba coba lagi memainkan issue SARA, Keyakinan, Agama, Ras dan Budaya, karena zaman kini sudah tidak lagi populer, justru masyarakat telah merasakan akibat yang menyengsarakannya selama ini, tidak hanya di Indonesia atau Jakarta, namun sudah menjadi thema masyarakat Dunia, menjadi tolok ukur peradaban manusia di pelosok dunia, termasuk Indonesia.

Issue SARA hanyalah upaya terpojoknya sekelompok kepentingan yang sudah tidak memiliki kelebihan dikehidupan masyarakat, sekelompok manusia frustasi yang hanya ingin survive dan mencari kehidupan. Mencari sesuap nasi dengan menggunakan Issue issue Agama, keyakinan dan Budaya.

Memang stempel yang sangat mudah apabila kita menggunakan ketentuan yang sudah tertakdirkan oleh Allah, dikahirkan dimana dan ditengah tengah bangsa serta warna kulit tertentu, tentu adalah nasib yang diluar kehendak dan keinginan setiap insan, dan Justru Allah sudah memberi peringatan didalam kitab sucinya, bahwa Allah menciptakan mansuia dengan berbagai bangsa dan adat istiadat, serta warna kulit, yang tersebar di seluruh pelosok Dunia.

Keberagaman penciptaan Allah dimaksudkan agar bisa silaturahmi dan kerjasama diantara mereka, untuk digunakan sebagai alat berkomuniaksi dan bekerjasama meraih kehidupan yang lebih baik, serta mampu mempertahankan jenisnya di Bumi.

Tanpa direncana dan diharuskan, ternyata telah terbentuk tiga Pasangan Calon Gubernur DKI pada Pilkada DKI 2017, yang tiga tiganya sama sekali tidak mencerminkan adanya semangat menggunakan issue SARA, ketiganya jelas dari kalangan yang jauh dari kelompok yang selama ini mengusung Issue Agama, Ras dan Budaya, yang pada pra Paslon gencar melakukan tekanan tekanan kepada Paslon Petahana, Ahok, yang kebetulan adalah Keturunan Cina dan Beragama Nasrani.

Entah apa yang melatar belakangi namun ketiga Paslon jelas jauh dari issue Agama, Ras dan Budaya, Paslon yang diusung PKS dan Gerindra ternyata adalah pasangan Calon Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Jelas keduanya jauh dari golongan Islam Garis keras, Anies justru malah ditengerai sebagai golongan yang terlalu lunak bagi Syiah dan Islam Liberal, stempel yang disandangnya selama ini seperti itu, walau kenyataannya belum tentu kebenarannya.

Sementara Sandiaga Uno, jelas boleh dikatakan Islam Liberal yang jauh dari santri, ngaji, bahkan organisasi Islam yang sekuler sekalipun. Malah ditengerai sebagai pembawa budaya barat yang terbawa karena latar belakangnya sebagai Pengusaha, dan semua orang juga tahu majunya keduanya menyingkirkan kader PKS sendiri yang jelas jelas adalah kader kelompok Islam pembawa issue agama selama ini,

Agus Yudoyono semua orang juga tahu, selain lahir didalam lingkungan keluarga SBY yang tidak begitu kental keislamannya, serta di latar belakangi oleh keluarga Milkiter dan dirinya sendiri pun juga kalangan militer, tentu sangat jauh dari kelompok kelompok yang menggunakan issue agama sebagai alat perjuangannya, karena diri sendirinya pun jauh dari "ajaran agama" itu sendiri, Lihat saja istri dan Ibunya tidak menggunakan Hijab.

Tentu sangat menarik dan anti klimaks, ketika kita melihat Ramainya Pilkada 2017 DKI dan wilayah lain, yang terbentuk dinamika politik yang makin tak terkendali dengan munculnya issue issue Agama, Ras dan Budaya yang diwarnai oleh beberapa peristiwa kekerasan terutama di DKI, tidak menutup akan bisa meluas di seantero Wilayah Indonesia.

Pemerintah juga telah mengantisipasi adanya memanasnya Issue issue Agama, Ras dan Agama, oleh sebab itulah maka Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintahkan Kapolda Metro Jaya yang baru Irjen M Iriawan untuk mengamankan Pilkada serentak. Tito berharap tidak ada kampanye negatif dan isu SARA dari kubu para pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta yang akan bertarung.

"Saya berharap Jakarta, saya minta semua pihak untuk menjadi barometer untuk pemilu yang demokratis di Indonesia. Kalau Jakarta ini demokratis maka otomatis menjadi etalase bagi (daerah) yang lain," kata Tito di Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (23/9/2015).

Oleh karena itu, Tito mendorong semua pihak dan stakeholder mulai dari KPU, Panwaslu, para pasangan calon, aparat keamanan, media dan masyarakat untuk mendorong dan mendukung demokrasi yang betul-betul sehat di Jakarta.

Tito mengatakan, Indonesia sudah hampir 18 tahun berdemokrasi di era reformasi. Karena itu, Tito mengajak kepada semua untuk berdemokrasi secara sehat dengan tidak menghalalkan segala cara termasuk memakai kekerasan dan lainnya.

"Tidak perlu juga ada isu-isu yang black campaign seperti masalah suku, agama, ras dan lainnya. Kita semua sama. Kita adalah masyarakat yang berdemokrasi dan egaliter," ujarnya.

"Siapapun memiliki kesempatan yang sama sebagai WNI untuk mengajukan dirinya. Tolong masalah isu-isu yang sensitif enggak usah diangkat. Lebih baik lihat calon berdasarkan kinerjanya," sambungnya.

Kesiapan Pemerintah cq POLRI telah menempati posisi yang sudah benar, sehingga eskalasi penstempelan dan issue Sara, Agama Ras dan Budaya terdegradasi secara signifikan, Dengan peredaman terhadap Issue issue SARA tersebut menurunkan suhu kehidupan sosial kemasyarakatan, yang bisa menjurus kepada hujatan dan saling menistakan satu sama lain, yang ujung ujungnya timbul pertentangan dan kekerasan.

Namun setelah terpilihnya ke 3 Paslon Pilkada DKI yang jauh dari kelompok garis keras, maka situasi dan kondisi dinamika politik mulai teredam dan cenderung mendingin, kelompok yang menggunakan SARA sebagai andalan memperoleh kesempatan dan posisi dalam kehidupan masyarakat, akan semakin tersingkirkan dan termarginalisasi,

Satu langkah kehidupan dan dinamika politik terselamatkan dari eskalasi memanas dan kekerasan didalam kehidupan masyarakat, Issue SARA jelas sirna sementara Pilkada berlangsung.

Program dan kerja serta kinerja masing masing Paslon menjadi acuan pokok bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya secara bebas, Rahasia danberdasarkan nilai nilai dan penilaian rasional. 

Sudah tidak lagi perlu adanya pertentangan yang tak dapat diselesaikan, semua mengikuti kerangka berfikir rasional dan terukur.

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !  

Jakarta, 4 Oktober 2016

Zen Muttaqin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun