Golkar kini ibarat Pohon yang sudah mulai menua, lapuk dan dihuni oleh rayap rayap politik, yang terus menerus menggerogoti eksistensi golkar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hasil Pil Leg yang lalu membuktikan, bahwa sebenarnya konstituen Golkar masih eksis dan memiliki harapan, untuk menyelesaikan permasalhan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tentu tak bisa lepas dari hasil kerja Akbar Tanjung yang dengan susah payah menghapus stigma yang melekat pada diri Golkar, mengingat Golkar adalah kendaraan utama penguasa Orde Baru selama 32 tahun.
Akbar tanjung memposisikan kembali Golkar di konstelasi perpolitikan nasional, dengan jargon Golkar Baru, ketika terjadi gelombang perubahan rezim Suharto masa lalu, dan mampu menjaga stamina dan harapan masyarakat konstituennya di seluruh wilayah ta
nah air, sekaligus menyelamatkan mereka dari stigma rezim yang menjadi musuh bersama Rakyat Indonesia waktu itu.
Walau bagaimanapun tidak ada satu pihakpun yang lebih memahami kondisi dan situasi politik Indonesia, terutama di lingkungan Golkar yang tersebar di seluruh Indonesia, kecuali hanyalah Akbar Tanjung.
ARB adalah tokoh yang di tokohkan, yangkemudian didudukkan menjadi ketua Umum, dengan segala konsekwensinya, namun ternyata pamor ARB justru menyurutkan posisi Golkar pada posisi stagnan, kecenderungannya justru membebani kinerja Golkar, dengan segala permasalahan yang menjerat ARB.
Justru diperjalanan dan sepak terjangnya, akhirnya membawa Golkar kepada posisi yang sulit sekarang ini, dengan bergabungnya kedalam Koalisi Gabungan bahkan menjadi Sekertariat Gabungan Koalisi partai partai, menjauhkan kembali Golkar dari konstituennya, sekaligus meninggalkan akar rumputnya.
ARB yang dilatar belakangi dengan profesi sebagai Pengusaha, ternyata perilaku bisnis, dan traksaksi, merasuk hingga tak bisa membedakan antara Institusi kepartaian dan Institusi bisnis, yang pada gilirannya membawa Golkar kedalam kancah perdagangan politik uang, rame2 bagi bagi kekuasaan dan kesempatan, bagi bagi rejeki.
Koalisi gabungan yang ternyata menimbulkan efek luar biasa, terhadap penyelenggaraan negara beserta penyelewengan angaran dan keuangan negara, Korupsi dan mega korupsi marak dimana mana di segala sektor dan seluruh bidang, Elite politik Partai2 saling berebut memperebutkan kesempatan dan penggalian dana untuk bekal agar bisa bertahan mempertahankan kekuasaan yang sudah digenggamnya
ARB sebagai Ketua Umum Golkar merupakan Capres Golkar, yang digadang2 akan meraih pucuk pimpinan negara Presiden RI, namun apalah daya memang stigma yang terlanjur melekat, ketika terjadi penyimpangan dalam sepak terjang bisnisnya, terus membayangi, terstigma sebagai Pengusaha yang memiliki banyak masalah hutang serta masalah2 pengabaian komitmen. seperti yang terjadi di Lapindo.