Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerindra Rontokkan SDA dan ARB, Siapa Berikutnya?

8 Mei 2014   22:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:42 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Golkar akan menggelar Rapimnas membahas nasib pencapresan Ical. Rapimnas itu akan digelar di hari pertama pembukaan pendaftaran capres cawapres."Kita merencanakan Rapimnas tanggal 18 di Jakarta," kata Waketum Golkar Fadel Muhammad di KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta, Rabu (7/5/2014).

Demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Golkar melalui Waketum Fadhel Muhammad, oleh karena itulah sejak sekarang hingga tanggal 18 Mei ARB seolah dibekukan, tidak boleh lagi melakukan manuver2 yang bisa membahayakan golkar dikemudian hari sebagai lembaga.

Sepak terjang ARB yang menyetujui perubahan posisi nya, dari Capres menjadi Cawapresnya Prabowo adalah perbuatan lancang yang melampaui kewenangannya sebagai Ketua Umum, dan sekaligus menafikan keberadaan mekanisme Partai Golkar yang sudah disepakati dalam AD/ART.

ARB telah menjadi korban kedua Prabowo/Gerindra, setelah jatuh korban pertama SDA/PPP, yang sekarang menunggu nasib pemakzulannya oleh PPP. sebagai reaksi atas kelancangannya memutuskan koalisi dengan Gerindra tanpa melalui mekanisme organisasi yang sudah di atur.

PKS yang kini sedang mengalami kondisi optimisme yang berlebihan, ketika Gerindra melamar PKS melalui surat resmi yang di  layangkan sejak minggu lalu, dengan serta merta menawarkan koalisi masif bersama Gerindra.

Oleh karena itulah kini PKS mengajukan Cawapresnya untuk bisa disandingkan dengan Prabowo sebagai wujud komitmen koalisi dan juga bagi2 kekuasaan kabinet, yang dianggapnya sebagai konsekwensi wajar dari koalisi yang dibentuk.

Namun begitu banyak calon Cawapres yang akan disandingkan dari PKS, yang hingga kini masih terjadi tarik menarik hebat didalam organisasi PKS, dan hal itu memang sudah diprediksi akan terjadi tarik menarik kepentingan yang ada didalam Organisasi PKS, dimana memang sejak awalnya merupakan banyak kepentingan yang terfraksi didalam PKS.

Opportunity yang disodorkan oleh Gerindra melalui koalisi, ternyata, menjadi titik rawan perpecahan yang terfraksi didalam Organisasi, yang sudah mulai kelihatan terpecahnya fraksi2 atau kelompok2 didalam memperjuangkan kepentingannya masing2 untuk mengisi opsi yang disodorkan Gerindra.

Sementara PKS ngotot menuntut haknya sebagai anggota koalisi, tanpa ada pembicaraan dengan PKS Gerindra juga menawarkan kerjasama koalisi dengan PAN yang disambut baik oleh Hatta Rajasa, dengan masuknya PAN, terjadi polarisasi yang cukup berarti antara segitiga Gerindra Golkar dan PKS.

Pasca dengan PAN, Buru buru dengan melihat peluang yang ada, terbawa kepentingan SBY dan Partai Demokrat, yang dengan aktip membicarakan Gerindra /Prabowo, sekaligus memberikan attensi atas upaya Gerindra menyusun Koalisi.

Sementara ARB dan Golkar Beku tak lagi melanjutkan pembicaraan dengan Gerindra, menunggu Rapimnas yang akan di lakukan pada tanggal 18 Mei 2014, yang merupakan batas mulai didaftarkannya Capres dan Cawapres yang ikut dalam Pemilu Presiden.

Mengingat mepetnya waktu, jelas ARB/Golkar mengalami pembekuan, kecuali berjuang untuk tetap menaruh opsi Capres dengan koalisi manapun, termasuk Gerindra maupun Partai Demokrat.

Sementara Golkar menunggu Kiprahnya Gerindra menangani PAN, PKS dan Partai Demokrat, satu satu akan mengalami dekompisisi internal yang tak bisa diremehkan akibatnya, termasuk PKS, PAN bahkan Partai Demokrat.

Gerindra selalu memancing penguasa, yang merasa menguasai masing masing Partai untuk dijadikan koalisinya, dan hal itu wajar, karena akan menentukan prediksi perjuangan memenangkan Pemilu Presiden mendatang.

Mampukah Hatta Rajasa masih menggenggam PAN sebagai organisasi yang bisa dengan mudah dikendalikan sesuai dengan sekehendak hatinya, kalau tidak, maka pasti ada penentu PAN, dan siapakah itu, harus jelas dan berhadapan dengan Gerindra.

Mampukah SBY masih meggenggam Partai Demokrat sebagai organisasi yang bisa denga mudah dikendalikannya sesuai dengan apa yang diinginkannya, kalau tidak, maka pasti ada penentu Partai Demokrat dan siapakah itu, harus jelas berhadapan dengan Gerindra.

Sudah dua kasus yang ternyata tidak berkuasa dan menguasai Partainya, yaitu ARB dengan Partai Golkarnya dan juga SDA dengan PPP nya, justru keduanya telah dibekukan oleh masing2 Partai, karena dianggap melampaui kewenangannya.

Zaman kini memang berbeda, dinamika politik dan kepartaian sudah tidak lagi bisa berdasarkan atas figure atau terpusat kekuasaannya kepada seseorang, namun kini seluruh partai telah mengalami perubahan yang mendasar, yaitu mendasarkan keputusan Partai dengan mekanisme yang sudah disetujui oleh A D/ART nya.

Ujung2nya manuver pribadi yang dilakukan oleh pribadi pribadi, akan menemui jalan buntu dan tak lagi membawa kredibiltas mewakili suara partai, termasuk SBY dan juga Hatta Rajasa.

Kita tunggu saja, apa yang akan terjadi setelah gagalnya ARB dan SDA melampaui kewenangan partai, walaupun mereka adalah Ketua Umum Partai bersangkutan.

Menarik untuk disimak, karena hal ini menyadarkan kepada kita semua bahwa ternyata pelan pelan kita sudah berubah menuju kepada tatanan yang rasional yang obyektip, meninggalkan nilai2 Emosional yang subyektip.

Tentu keadaan ini mesti kita sukuri, selangkah maju meningkat menjadi manusia yang lebih tinggi derajadnya, menuju kepada manusia yang memiliki harkat dan martabat, sama sederajad dengan bangsa lain di muka bumi.

Kesadaran kita untuk memiliki kedaulatan, merupakan kesadaran Rasional dan Obyektip, telah meninggalkan Emosional Subyektip.

Menjadi Bangsa berdaulat sudah bukan lagi sekedar cita cita, namun sudah mampu terwujud dalam kehidupan kita Bangsa Indonesia.

.

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

.

Jakarta, 8 Mei 2014

.

Zen Muttaqin

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun