Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY/PD Netral, adalah Kesalahan Fatal

22 Mei 2014   03:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekalahan dan kemenangan dalam pemilu semestinya diletakkan sebagai kesuksesan Rakyat memberikan aspirasinya dan menghasilkan pilihan yang dikehendalki rakyat saat pemilu diadakan.

Tidak serta merta menjadi tolok ukur ikut dan tidaknya pemilu, adalah pikiran picik menganggap prediksi hasil pemilu menjadi tolok ukur ikut dan tidaknya partai berpartisipasi.

Posisi Netral pada kasus yang ekstrim digolongkan kepada upaya PD dan SBY memboikot pemilu, bersifat tidak kooperatif terhadap hasil pemilu.

Kekalahan dalam pemilu hannyalah hasil kesimpulan kehendak rakyat tidak tertarik dengan platform yang ditawarkan oleh kandidat.

Seharusnya segera dilakukan revisi secepatnya, karena jelas memposisikan diri Netral berarti menjadi Gol Put dan memposisikan diri memboikot Pemilu,

Nah Kalau SBY sebagai presiden bagaimana, kan aneh jadinya, kalau SBY sendiri netral dan memboikot Pemilu yang diadakan atas pertanggung jawaban dalam tugas utamanya sebagai Presiden.

Saya rasa pada pemilu 2009 yang lalu, Presiden SBY sangat aktip dalam pemilu Pres.

Absurd, Membiarkan Partainya sendiri memboikot Presiden yang berasal dari Partainya sendiri.

Sebaiknya diluruskan, dengan mencabut pernyataan Netral dan dengan tegas ikut berpartisipasi dalam pemilu, ikut di barisan mana, atau kalau mampu mencalonkan presidennya sendiri.

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun