Mohon tunggu...
Zely Ariane
Zely Ariane Mohon Tunggu... -

Menulis hal-hal yang (tidak) disuka (banyak) orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Perempuan, Tiga Keberanian

21 Maret 2016   21:25 Diperbarui: 21 Maret 2016   21:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak, bukan berani yang melulu sanggup dan hebat dalam melawan “musuh”, melainkan juga mengakui dan dingin atas kemenangan “musuh” itu. Berani hidup dalam duka dan kekalahan yang panjang, dalam sepi yang ditinggalkan orang-orang terkasih, dengan pikiran yang tak pernah mau diam.

Svetlana tak perduli soal-soal revolusi. Ia membenci Rusia karena ‘revolusi’ yang ia saksikan dibawah pimpinan bapaknya, hanya melahirkan orang-orang yang tega dan saling curiga. Bagaimana perasaan seorang anak yang sangat berkuasa kemudian menjadi bukan siapa-siapa di bawah kepempinan Khrushchev yang terang-terangan mengkritik kebijakan bapaknya di tahun 1956?

Lana, dalam pernyataannya di kedutaan AS di India pada 1967 menuliskan: “hidupnya selalu sederhana saja, dan tetap demikian setelah ia (bapaknya) mati. Kematiannya pun sederhana. Ia tak mau dikunjungi Olga, putri satu-satunya yang ikut bersamanya. Ia tak mau Olga melihatnya seperti ia melihat Nadya terbujur di peti mati yang terbuka.

Sebelumnya ia sudah bilang sangat membenci stroke, dan berdoa pada Yang Kuasa agar memberinya serangan jantung saja. Setidaknya, katanya, bisa lebih cepat. Tetapi Lana menganggap dirinya selalu semacam pendosa, sehingga permohonannya hampir mustahil dipertimbangkan di “sana”.

Dalam refleksi  di penghujung hidupnya, Alexandra mengenang: “Beragam periode berbeda dalam hidup saya ini benar-benar bertolak belakang satu sama lainnya, hingga rasanya seperti hidup di banyak kehidupan. Sama sekali bukan hidup yang mudah, apalagi nyaman.” Kita sama sekali bukan pahlawan, ujarnya, hanya percaya dengan penuh semangat dan gairah.

Tetapi, entah pelipur lara, penebusan atau harapan, ia bilang bahwa dunia tak pernah stagnan, selalu bergerak. Bentuk-bentuk kehidupan baru selalu muncul. “Sekarang saya ingin melihat kembali jalan yang telah dijejak oleh kemanusiaan, atau berlari ke depan pada masa depan yang indah dan menakjubkan dimana kemanusiaan akan berdiam, mengembangkan sayap-sayapnya dan berkata ‘Kebahagian! Kebahagiaan untuk semua orang!”

Dari kejauhan saya hanya bisa memandang mereka. Hidup memang perkara berani membuat pilihan, dan maju menghadapi setiap resikonya, sendiri maupun bersama-sama. Dan pilihan-pilihan itu samasekali bukan pilihan yang menenangkan. Pikiran-pikiran yang berisik tak tenang itu hanya akan hening ketika kematian datang.***

 

Kepustakaan:

Nicholas Thompson, My Friend, Stalin’s Daughter.

Pernyataan Svetlana di Kedutaan AS di India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun