Lalu datanglah seekor naga biru bersayap seperti sayap kelelawar dan bertanduk seperti tanduk rusa.Â
Denis mengkerut kesal, aku menebak nebak siapa itu sebelum Denis menyalak "Apa yang kau lakukan disini, Deyze. Kau bolos lagi ya? Dasar". Aku mengangguk paham, hubungan Deyze dan Denis memanglah buruk, mereka bersepupu, namun Deyze adalah keturunan bangsawan tingkat atas, begitulah dia mendapat sayap dan tanduk miliknya.Â
"Kalian berisik" Deyze menjawab tenang. Ekspresinya tidak bisa dibaca, dia terlalu tenang, sangat tenang hingga kami curiga dia bukanlah naga seperti kami.Â
"Setidaknya tolong aku?" Aku menyela, meminta tolong.Â
"Apa peduliku?" Deyze menjawab santai.Â
"Maksudmu?!" Denis menyalak marah.Â
Deyze hanya memutar bola matanya malas dan pergi terbang menjauh meninggalkan kami.Â
Ranting kayu ku sudah semakin, hampir patah, Aku memanggil-manggil Denis.Â
"Denis, sepertinya aku mau terjatuh, rantingnya sudah tidak kuat menahan berat badanku ditambah jumlah pie apel yang kumakan tadi pagi" kataku kepadanya.Â
"Berhentilah bercanda disaat seperti ini, Reano. Aku sendiri juga tidak punya solusi sejak kau tidak memperbolehkan ku meninggalkan mu dan mencari bantuan" katanya kesal.Â
Disaat seperti ini, Deyze kembali lagi, bersama Av, tetua para naga. ukuran Av jauh lebih besar daripada kita bertiga, seperti bola kasti disandingkan dengan bola sepak, begitulah perbandingan ukuran kami dengan Av.Â