Mohon tunggu...
Septian J
Septian J Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Minamata, Permata Tersembunyi Jepang

15 Januari 2016   00:07 Diperbarui: 20 Januari 2016   17:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disini, ada banyak hal yang dapat dilakukan, saya memulai kunjungan dengan belajar memilah sampah menjadi 24 jenis dan mengunjungi pabrik eco-town. Disini saya melihat proses awal dari pemilahan sampah dari para warga sendiri, lalu mengikuti truk sampah menuju pabrik recycling dan melihat langsung proses 4R (Reduce, reuse, recycle, "REMAKE"), dari bahan sisa menjadi bahan mentah kembali, hingga menuju industri pembuatan lokal benda benda unik dan lucu seperti botol plastik, koran, tas belanja, botol minuman, dan jahitan tenun.

Setelah itu, saya mengunjungi museum Minamata dan mengikuti program edukasi baik untuk anak-anak maupun orang dewasa yang interaktif dan menarik, disuguhkan pula dengan potret masa lampau kasus Minamata yang begitu menyentuh hati. Kami pun mengunjungi monumen Minamata dimana tanah yang kami jejaki di atas monumen merupakan yang dulunya laut namun telah direklamasi menjadi tanah

Aksi favorit saya adalah menutup hari dengan menikmati menyusuri kota Minamata dengan menggunakan sepeda menggunakan topi wisata sambil menenggak kaleng jus dibarengi dengan kicauan burung. Pemandangan yang terlihat dari jembatan sangat memukau. Burung camar pun seolah pulang bernyanyi ke rumah mereka masing-masing. 

Di hotel Umi no Yuyake, saya menikmati makanan dan minuman khas lokal Minamata (sashimi yang disuguhkan diperoleh dari ikan teluk Minamata!), kemudian menikmati pemandian lokal sambil bercanda tawa dengan rekan kerja. Hal disini sungguh mengagetkan saya karena setiap orang DIWAJIBKAN untuk menanggalkan seluruh pakaian! Awalnya saya dan beberapa orang lain berniat memasuki pemandian dengan menggunakan celana dalam alias boxer, namun dicegah oleh bapak-bapak senior yang kemudian menunjuk kepada celana kami masing-masing dan dengan menggunakan tangannya, ia meminta kami telanjang! Awalnya kami ragu dan malu-malu, tetapi bapak itu menunjuk pada handuk kecil yang dapat digunakan untuk menutup aurat kami hingga mencapai bak mandi sehingga mengurangi rasa malu kami. Akhirnya kami mengikuti saran bapak tersebut dan berlanjut pada prosesi pemandian.

Saat masuk kami disuguhkan dengan ruangan yang sangat besar dan dibagi menjadi beberapa kawasan. Kami diwajibkan membersihkan badan terlebih dahulu di kawasan mandi sebelum memasuki bak yang besar. Setelah itu kami masuk ke dalam bak besar berisi air panas. Terasa sekali penat yang saya rasakan selama mengelilingi Minamata berangsur hilang dan hanya rileks yang saya rasakan. Kemudian beranjak menuju pemandian luar yang dimana kami dapat menikmati angin malam, suasana pinggir teluk dimana ombak berdebur dan bintang berkilauan di langit atas. Setelah keluar dari pemandian terbuka di luar, saya masuk ke bak berisi air dingin dan merasakan sensasi 'chill' yang membuat saya segar. Saya mengakhiri hari sambil menenggak sake di hotel yang nyaman bersama teman.

[caption caption="Pemandian terbuka di hotel Umi To Yuyake"]

[/caption]

This is a city worth visiting for!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun