“wooowww…”, serempak peserta kongres. Selanjutnya mereka mulai berbisik satu sama lain, bergumam, dan sesekali mencibir.
Kongres itupun kemudian menghasilkan kesepakatan untuk pengembangan teknologi penis tiruan lebih lanjut. Membuat komite bersama pembuatan penis, membuat badan baru setara IMF, WTO, WHO, UNESCO dan sebagainya, sebagai bentuk kepedulian terhadap penis. Layaknya konferensi lingkungan, negara maju memulai membangun industri penis di negeri berkembang sebagai bentuk kepedulian bersama. Isu lingkungan yang langganan menjadi isu utama dalam kongres untuk menurunkan kadar polusi dunia dikesampingkan, penis lebih penting dari pada lingkungan.
Bursa Saham bergejolak karena penis, emas kembali lagi terkoreksi karena penis, hingga harga kambing etawa di pelosok desa nan jauh dari dunia maju jatuh harganya juga karena penis. Penis membahana bagaikan selebritis musik pop yang sukses besar oleh penjualan keping cakram yang terjual berjuta-juta sedunia.
Tren ekonomi beralih menuju bisnis birahi yang mulai dilegalkan. Penis dijual dimall-mall, minimarket di kampung-kampung, hingga penispun menjadi barang bajakan layaknya keping cakram di emper jalanan negara berkembang.
Bisnis penis berkembang menjadi bisnis prostitusi virtual yang menggairahkan. Para pejabat dari kalangan pemerintahan dan wakil rakyat tak usah canggung untuk menikmati dunia prostitusi, karena undang-undang telah disahkan bahwa prostitusi hukumnya legal.
Tahun 3165
Disebuah klinik bersalin seorang ibu melahirkan anaknya.
“bagaimana keadaan anak dan istri saya?”, tanya seorang perempuan bertanya pada seorang perawat.
“istri ibu dan anak ibu sehat”
“syukurlah”
“Ibu tidak ingin bertanya apa kelaminnya?”, tanya perawat itu sambil tersenyum.