Mohon tunggu...
Zein M Muktaf
Zein M Muktaf Mohon Tunggu... -

Suka menjalin pertemanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat Lelaki

14 November 2011   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:41 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“wooowww…”, serempak peserta kongres. Selanjutnya mereka mulai berbisik satu sama lain, bergumam, dan sesekali mencibir.

Kongres itupun kemudian menghasilkan kesepakatan untuk pengembangan teknologi penis tiruan lebih lanjut. Membuat komite bersama pembuatan penis, membuat badan baru setara IMF, WTO, WHO, UNESCO dan  sebagainya, sebagai bentuk kepedulian terhadap penis. Layaknya konferensi lingkungan, negara maju memulai membangun industri penis di negeri berkembang sebagai bentuk kepedulian bersama. Isu lingkungan yang langganan menjadi isu utama dalam kongres untuk menurunkan kadar polusi dunia dikesampingkan, penis lebih penting dari pada lingkungan.

Bursa Saham bergejolak karena penis, emas kembali lagi terkoreksi karena penis, hingga harga kambing etawa di pelosok desa nan jauh dari dunia maju jatuh harganya juga karena penis. Penis membahana bagaikan selebritis musik pop yang sukses besar oleh penjualan keping cakram yang terjual berjuta-juta sedunia.

Tren ekonomi beralih menuju bisnis birahi yang mulai dilegalkan. Penis dijual dimall-mall, minimarket di kampung-kampung, hingga penispun menjadi barang bajakan layaknya keping cakram di emper jalanan negara berkembang.

Bisnis penis berkembang menjadi bisnis prostitusi virtual yang menggairahkan. Para pejabat dari kalangan pemerintahan dan wakil rakyat tak usah canggung untuk menikmati dunia prostitusi, karena undang-undang telah disahkan bahwa prostitusi hukumnya legal.

Tahun 3165

Disebuah klinik bersalin seorang ibu melahirkan anaknya.

“bagaimana keadaan anak dan istri saya?”, tanya seorang perempuan bertanya pada seorang perawat.

“istri ibu dan anak ibu sehat”

“syukurlah”

“Ibu tidak ingin bertanya apa kelaminnya?”, tanya perawat itu sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun