Mohon tunggu...
Eka Kurnia Chrislianto
Eka Kurnia Chrislianto Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer

Advocate, Lawyer, Legal Consultant, Corporate Lawyer, Civil Law Lawyer, Land and Property Law, Marital, Divorce Dissolutions, and Inheritance Law, Criminal Law, etc. Kunjungi juga: https://kumparan.com/eren-jager dan https://zefilosofi.medium.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peran Media Massa dan Hubungannya dengan Komunikasi Politik

12 Oktober 2021   15:49 Diperbarui: 12 Oktober 2021   15:51 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Komunikasi Massa Langsung, Sumber Gambar: pexels.com/Harrison Haines

Mass Communication atau komunikasi massa merupakan platforms yang mana keberfungsiannya adalah menerima, mengelola kemudian menyalurkan komunikasi dalam berbagai bentuk bisa berupa informasi, opini, dan kondisi kepada satu orang atau orang yang lainnya, dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Sejarah komunikasi massa ada dalam berbagai bentuk media massa yang telah berkembang dari tahun ke tahun, dan dapat dikatakan jika media adalah sebuah aspek yang masuk ke dalam marketing management (manajemen pemasaran), entah itu ada sebagai tren atau issues mengenai teknologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya di suatu negara lingkup nasional, dan transnasional.

Singkat, komunikasi massa adalah komunikasi yang menjangkau banyak orang terutama ini mulai dikembangkan hanya dalam waktu 500 tahun terakhir, perkembangan ini bersamaan dengan perkembangan ideologi, pikiran, teknologi, dan social change (perubahan sosial) yang membantu memicu permintaan akan inovasi yang diperlukan bagi peradaban manusia dan ini yang membentuk media massa sampai sekarang ini.

Salah satu komunikasi massa yang paling tua di dunia dan ada sampai saat ini adalah buku. Buku adalah komunikasi massa yang tertua dari media, atau sebagai media itu sendiri. 

Menurut Laurie Thomas Lee, dalam karyanya 'History and Delevopment of Mass Communications', buku pertama yang diketahui, itu ditulis di Mesir sekitar 1400 SM. 

Namun, saat itu buku tidak diproduksi untuk massa, kemudian seiring dengan penemuan para sejarawan, mesin cetak pertama ada pada tahun 1456, kemudian surat kabar yang dianggap sebaliknya sebagai media massa tertua.

Padahal lembaran atau potongan berita (news-sheets) yang dianggap orang saat itu sebagai koran saat ini, itu sudah ada pada 100 SM di Roma, yang juga sebagai bentuk political tracts dan suatu pamflet yang ada sekitar 400 hingga 500 Tahun sebelum tahun 1456 tersebut. Meskipun demikian, surat kabar pertama tidak memulai debutnya sekitar tahun 1600-an, diketahui perkembangan majalah juga lambat, berasal dari kata Prancis, 'magasin', dan dalam bahasa inggris majalah pertama tidak muncul sampai tahun 1704.

Kemudian muncul media elektronik, yang justru berkembang dengan cepat. Radio muncul sebagai media massa (media elektronik) pertama pada tahun 1920-an, karena semakin populernya hiburan massa dengan didukung kemajuan teknologi yang berasal dari perkembangan telegraf, telepon dan nirkabel. 

Kemudian muncul semangat persaingan pikiran mengenai inovasi di seluruh dunia untuk menambahkan suatu alat atau media lainnya yang lebih nyata dan riil bukan hanya terdenngar oleh telinga, dan kemudian itulah dengan terciptanya televisi.

Ini hanya berupa gambaran bagaimana komunikasi massa itu muncul, dan seperti kita ketahui penemuan televisi ini adalah satu di antara penemuan yang paling penting di abad ke dua puluh oleh manusia. 

Televisi mencapai puncaknya pada tahun 1940-an, diikuti oleh televisi kabel dan komunikasi satelit pada paruh kedua abad ini. Diketahui juga setelah perang dunia kedua, kondisi global pasca perang 'damai' dengan perang dimenangkan oleh koalisi sekutu yang dipimpin oleh US (Amerika Serikat).

Kita ketahui dunia masih belum sepenuhnya bernafas tenang ketika dua raksasa global mengumandangkan perang dingin saat itu pertempuran ideologi mana yang lebih jago untuk menundukkan dunia meski saat itu, satu diantaranya yang terkena dampak tentu saja Indonesia meski kita melihat sejarah itu dari sisi dimana kita seperti kehilangan rangsangan otentik mengenai perjuangan awal anti kolonialisme.

Perang dingin berakhir, Uni Soviet runtuh dan sisa-sisa pikiran kiri itu dianggap sebagai pikiran yang menganggu. 

Meski di saat yang sama selain ideologi, juga tumbuh teknologi, mulai dari berhasilnya astronot Amerika menginjakkan kakinya di bulan, dan orang juga anjing pertama yang berhasil berkeliling dunia dari Uni Soviet. Yang mana kita ketahui, media massa yang terbaru hingga kini ditemukan oleh manusia adalah internet.

Internet adalah bentuk revolusi komunikasi, kalau Prancis kita tahu punya Revolusi Prancis Dunia punya revolusi juga bagi peradaban yaitu revolusi komunikasi, oleh internet. 

Bertahun-tahun ini, mulai muncul berbagai media baru (perusahaan yang bergerak di marketing management), untuk mencari, melengkapi dan bersaing dengan media tradisional, tren yang juga masuk kategori suatu issues, mengenai, kesehatan, globalisasi, konsolidasi, konvergensi, bahkan ada yang cukup keras yaitu propaganda.

Kita masuk ke peran dan hubungannya media massa dengan Political Communication. Seperti kita ketahui, media itu adalah alat publik dimana dia ada untuk menstimulasi citizen ( warga negara ), untuk bisa memegaruhi atau mengajak mereka yang melihat, membaca, menonton untuk berpikir, menganalisa, dan menikmati informasi yang disajikan dengan maksud agar timbul kemandirian dalam berpikir dan mampu menciptakan pikiran baru, bahkan mempulikasi opini, berdasarkan si pemberi informasi pertama tersebut, baik berupa hal-hal yang baru dan/atau kondisi sosial yang secara langsung terjadi, hingga akhirnya warga negara tadi dapat menyusun suatu konklusi atas apa yang diberikan media dan bertindak.

Jika misalnya dalam politik, bisa mengenai political party , membership registration, voters and undecided voters, elections dan electoral campaigns, electorates managements, dan siapa pemilih mayoritas dan kepentingan politik mayoritas, dsb. Ini adalah cara media untuk mampu memberi makanan pada otak yang sehat tentu dengan informasi maupun opini yang sehat pula, di situ peran penting media massa sebagai komunikasi massa, seharusnya.

Tapi apakah itu tidak sepenuhnya ada di negeri ini? 

Media itu berisikan berbagai bentuk ide yang akan menggiring kita ke sebuah taman yang berisi banyak bunga. Kita tak dapat hanya mengisi taman tersebut agar tampak cantik, karena misalkan si pemilik taman lebih suka bunga mawar, ini sangat tidak kompatibel dengan asumsi atau pemaknaan orang-orang pada umumnya yang datang ke taman itu dengan maksud mengunjungi taman bunga, bukan taman bunga mawar.

Begitulah media, isi media massa itu, entah media elektonik, online, dan televisi, itu harus berisikan kumpulan tulisan-tulisan yang informatif, aktual, dan terpercaya, untuk apa? Untuk mereka yang berpikir rasional mampu menangkap itu. Jelas bukan sasarannya siapa? Bukan hanya berisi mengenai berita politik praktis, meskipun politik itu kendaraannya tentu saja media massa.

Siapa yang memegang media massa maka secara politik ia akan dimenangkan oleh jalur penyaluran informasi itu, dan inilah yang berlawanan dengan demokrasi. Kenapa demikian? 

Ada benarnya yang mengatakan bahwa Pers itu adalah Media Publik, bukan humas istana negara. Yang artinya media itu alat untuk rakyat, alat untuk melihat suatu issues bisa berupa berita atau tulisan yang mampu memberikan ia suatu kondisi yang rasional untuk kesehatan pikirannya. Apakah itu sudah terjadi hingga hari ini mengisi media nasional kita?

Sekarang isi pers kita tidak ada satupun berita atau tulisan yang rasional, lebih banyaknya menguras emosional. 

Loh, kok bisa? Ada-adanya pertempuran sentimen antar mereka yang pro dengan satu pihak dan kontra terhadap pihak lainnya tidak berdasarkan argumentasi yang kuat, karena mereka yang disebut rakyat baik dalam artian luas atau kelompok tertentu seperti sudah dipengaruhi oleh media yang menurut penulis kecenderungannya justru itu menjurus ke pembodohan oleh para kaum demagog untuk mengambil momentum tertentu.

Dalam teori komunikasi, kita kenal juga dengan Pengaturan agenda atau Agenda Setting, dimana digambarkan kemampuan media massa (biasanya berupa berita), untuk mampu memegaruhi persepsi publik untuk membuat prediksi, dengan cara berita itu yang sering diberitakan, disorot, dan menggiring penonton bahwa itu adalah masalah yang penting, dan bisa saja justru mengeyampingkan persoalaan lain yang ada dan lebih penting.

Orang bilang itu pengalihan isu. Penentuan ini tidak selalu buruk, penentuan opini publik ini juga bisa menggiring si penonton atau penerima berita menjadi cerdas dan mampu menganalisa jika 'oh, begitu, seharusnya begini' dan membuat opini mengenai persoalaan itu.

Tapi juga menjadi buruk, karena isi dari orang yang ada di media sudah masuk untuk menciptakan kepentingan, sehingga opini tadi dipaksakan 'harus seperti ini!' Oleh siapa? Oleh para kaum demagog yang berlindung dibalik kata cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun