Mohon tunggu...
Eka Kurnia Chrislianto
Eka Kurnia Chrislianto Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer

Advocate, Lawyer, Legal Consultant, Corporate Lawyer, Civil Law Lawyer, Land and Property Law, Marital, Divorce Dissolutions, and Inheritance Law, Criminal Law, etc. Kunjungi juga: https://kumparan.com/eren-jager dan https://zefilosofi.medium.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peran Media Massa dan Hubungannya dengan Komunikasi Politik

12 Oktober 2021   15:49 Diperbarui: 12 Oktober 2021   15:51 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Komunikasi Massa Langsung, Sumber Gambar: pexels.com/Harrison Haines

Siapa yang memegang media massa maka secara politik ia akan dimenangkan oleh jalur penyaluran informasi itu, dan inilah yang berlawanan dengan demokrasi. Kenapa demikian? 

Ada benarnya yang mengatakan bahwa Pers itu adalah Media Publik, bukan humas istana negara. Yang artinya media itu alat untuk rakyat, alat untuk melihat suatu issues bisa berupa berita atau tulisan yang mampu memberikan ia suatu kondisi yang rasional untuk kesehatan pikirannya. Apakah itu sudah terjadi hingga hari ini mengisi media nasional kita?

Sekarang isi pers kita tidak ada satupun berita atau tulisan yang rasional, lebih banyaknya menguras emosional. 

Loh, kok bisa? Ada-adanya pertempuran sentimen antar mereka yang pro dengan satu pihak dan kontra terhadap pihak lainnya tidak berdasarkan argumentasi yang kuat, karena mereka yang disebut rakyat baik dalam artian luas atau kelompok tertentu seperti sudah dipengaruhi oleh media yang menurut penulis kecenderungannya justru itu menjurus ke pembodohan oleh para kaum demagog untuk mengambil momentum tertentu.

Dalam teori komunikasi, kita kenal juga dengan Pengaturan agenda atau Agenda Setting, dimana digambarkan kemampuan media massa (biasanya berupa berita), untuk mampu memegaruhi persepsi publik untuk membuat prediksi, dengan cara berita itu yang sering diberitakan, disorot, dan menggiring penonton bahwa itu adalah masalah yang penting, dan bisa saja justru mengeyampingkan persoalaan lain yang ada dan lebih penting.

Orang bilang itu pengalihan isu. Penentuan ini tidak selalu buruk, penentuan opini publik ini juga bisa menggiring si penonton atau penerima berita menjadi cerdas dan mampu menganalisa jika 'oh, begitu, seharusnya begini' dan membuat opini mengenai persoalaan itu.

Tapi juga menjadi buruk, karena isi dari orang yang ada di media sudah masuk untuk menciptakan kepentingan, sehingga opini tadi dipaksakan 'harus seperti ini!' Oleh siapa? Oleh para kaum demagog yang berlindung dibalik kata cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun