Misipun selesai. Kami mendapatkan nama dan nomor handphone nya. Namanya Fatma alias Milly. Sejak perkenalan itu, dia menjadi sahabat kami hingga saat ini. Beberapa hari berikutnya Llukas membawanya ke Goethe dan aku bertemu dengan Fatma di sana untuk kedua kalinya. Saya, Llukas dan Fatma mulai sering bertemu. Kami menghabiskan waktu bersama hampir setiap hari. Kami secara rutin makan malam bersama dan minum milkshake di tempat favorit kami . Selain itu kami juga sering  pergi ke tempat -- tempat yang belum pernah kami kunjungi. Kami pergi ke bagian paling atas dari gedung hotel untuk duduk -- duduk saja dan merasakan angin sepoi -- sepoi. Kami sering melontarkan lelucon dan menertawakan kekonyolan satu sama lain. Selama persahabatan ini berlangsung, kami selalu menunjukkan warna asli kami. Hal ini yang membuat jalinan persahabatan kami menjadi sangat seru. Kami terus mengulangi rutinitas hangout bersama, tetapi jujur saja saya tidak pernah bosan melakukannya.
Hingga pada akhirnya, waktunya telah tiba. Llukas harus kembali ke Jerman. Saya dan Fatma merasa sangat sedih karena kepulangan Llukas ke Jerman. Namun hingga saat ini, kami masih tetap berhubungan. Hal inilah yang menjadikan pelipur lara dikala nelangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H