Waktu terus berdetak. Saya melirik pada jam ditangan yang menunjukkan pukul 21.55, menandakan film akan selesai. 5 menit sudah terlewati. Akhirnya filmpun selesai. Orang-orang bertepuk tangan karena merasa puas dengan film tersebut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Hmmmm Saya bingung. Kemudian saya melihat ada banyak orang di sekitar. Orang-orang berlalu lalang didepan mata saya dengan penampilan santai terkesan cuek. Saya mulai memperhatikan dan melihat keadaan sekitar dan menyadari bahwa sebagian besar orang sudah memiliki grup mereka masing - masing. Mereka saling berbicara satu sama lain. Saya berada di luar garis sosialisasi, namun saya bertekad untuk keluar dari garis itu, sambil seraya berkata dalam hati, "kamu bisa melakukannya Zefan."
Saya mencoba untuk menjadi berani. Lalu saya melihat seorang wanita dari kejauhan. Dia juga sendirian. Saya mencoba untuk mendekatinya. Saya merasa sangat gugup. Dengan keberanian yang masih setengah, saya datang kepadanya dan menanyakan namanya. Kami berjabat tangan. Saya memperkenalkan diri dan dia merespon, tidak terlalu buruk untuk suatu pendahuluan . Situasi yang beku perlahan-lahan mencair. Waktu berlalu 15 menit, kemudian kami berakhir dengan bertukar nomor. Saya merasa bahwa percakapan kami tidak terlalu kikuk. Setelah itu, Teresa pun pulang dan mengatakan selamat tinggal, dan saya membalas sampai bertemu kembali.
Senyum menghiasi wajah saya, dan dengan percaya diri saya berkata, "Ini baru permulaan."
Saya seperti mendapatkan pewahyuan pada hari itu. Saya seakan mendengar paduan suara malaikat menyanyikan Hallelujah ditelinga saya. Karena tadinya saya merasa enggan dan penuh keraguan untuk memulai pertemanan dan akhirnya saya bisa menemukan satu teman dimalam itu.
Persahabatan kami berlanjut. Kamis berikutnya saya datang ke Goethe lagi dan bertemu dengannya. Teresa membawa Llukas. Dia mengatakan kepada saya jika Llukas juga sedang magang di rumah sakit yang sama. Persahabatanpun bertumbuh diantara kami. Saya punya satu teman lagi, yaitu Llukas.
Pertemanan kamipun dimulai. Kami jadi sering bertemu, dari acara di pusat kebudayaan Rusia dan Perancis hingga pergi ke Pulau untuk menikmati jernihnya air laut, desiran ombak pantai. Setelah pertemanan ini terjalin, kami akhirnya saling mengenal satu sama lain. Kami merasa lebih santai antara satu sama lain. Kami tidak sekaku dulu. Saya melihat Llukas sebagai orang yang selalu tersenyum dan tampak bahagia. Selain itu ia adalah seorang story teller yang sangat baik, dengan banyak cerita unik dan menarik untuk dibagikan. Rasa penasaran bergejolak di hati dan pikiran, kenapa dia bisa selalu tampak sukacita? Lalu saya datang kepadanya dengan pertanyaan bodoh. Saya bertanya kepada Llukas; Apakah kamu pernah sedih dan menangis? Setelah itu sayapun terdiam dan merasa canggung. Saya mencoba untuk mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mengharapkan jawaban yang luar biasa keluar dari mulutnya, tetapi dia hanya mengatakan ya. Saya menjawab ok, tidak apa-apa, saya hanya ingin tahu saja, hehe. Setelah mendengar jawaban tersebut, sayapun berakhir dengan kesimpulan jika itu adalah sesuatu yang natural baginya, menjadi pribadi yang tampak selalu diliputi sukacita. Dia adalah seorang happy go lucky.
Waktu terasa berlalu begitu cepat, kemudian Teresa meninggalkan Dar. Dia kembali ke Jerman. Saya merasa sangat sedih, karena dia adalah perempuan pertama yang menjadi teman saya di Dar es Salaam.
Jadi hanya saya dan Llukas yang masih tinggal di Dar. Didalam hati saya berkata bahwa hidup harus terus berjalan dan diisi dengan kegembiraan. Saya mencoba bertahan di Dar. Oleh karena itu saya dan Llukas sering berjalan - jalan ke daerah kota. Kami melakukan sesuatu yang belum pernah kami coba sebelumnya. Kami melakukan perjalanan kuliner di Dar es Salaam. Kami menjelajahi beberapa tempat yang belum pernah kami kunjungi.
Pada akhir pekan, kami berjalan-jalan di kawasan kota, dimana tempat hiburan dan makanan enak berada. Kemudian kami menemukan tempat hangout keren bernama Mokka City. Kami memutuskan untuk bersantai disana karena kelelahan dan kehausan. Kami memasuki kafe dan memesan minuman serta kue-kue. Sambil menunggu pesanan kami. Kami melihat seorang perempuan yang tersenyum dari kejauhan, dia adalah seorang waitress di kafe tersebut. Saya merasakan vibes yang baik darinya. Saya merasakan pertanda bahwa hal-hal baik akan terjadi.
Saya mengatakan kepada Llukas tentang sesuatu yang saya rasakan terhadap waitress tersebut. Kami melakukan diskusi kecil tentang hal itu. Saya meminta Llukas untuk berbicara dengannya dan memintanya untuk menjadi bagian dari grup kami. Kemudian si Llukas yang pemberani langsung mendatanginya dan menanyakan nama dan nomor handphone nya.