Proporsi hegemoni gramsianis memengatakan bahwa kelas borjuis menjunjung tinggi hegemoni dengan melalui sejumlah institusi ekonomi, politk, dan sosial yang dimiliknya dalam usaha menindas kelas porletar. Sehingga hal ini relevan dengan hegemoni yang dilakukan oleh kaum borjuis interseksionalisme yang memakai sejumlah institusi tersebut sebagai alat untuk melakukan penindasan.Â
Kondisi hegemoni yang terdiri dari ketidaksetaraan serta penindasan oleh institusional serta dilanjutkan dengan kelompok borjuis yang merupakan bentuk dari empire, sehingga muncul gerakan-gerakan yang menggunakan konsep interseksional yang berusaha untuk membangun aliansi-aliansi antara isu sosial yang diangkat oleh aktivisme tersebut (Devi, 2022). Â
Di dalam perkembangannya, interseksionalitas tidak hanya membahas gender serta kategori sosial yang lain, misalnya agama, pendidikan, entitas, kelas sosial, serta pendidikan. Di dalam gender tersebut terjadi sejumlah proses interseksi. Di dalam tulisan yang ditulis oleh Gilang Nur Gemilang dengan judul  "Princess Masculin: Mulan dan Merida" tulisan tersebut menjelaskan interseksionalitas di dalam gender tersebut.Â
Seorang diri  secara identitas tergolong di dalam konsep feminim dan maskulin yang menjadi nilai pokok pada semua individu, tidak secara paralel diterapkan oleh individu berdasarkan harapan sosialnya.  Pengadopsian nilai-nilai maskulin oleh perempuan atau nilai-nilai feminim oleh laki-laki merupakan  suatu bentuk interseksionalitas yang tidak merupakan hal yang baru pada kehidupan sosial (Nayati, 2021).Â
Disadari bahwa perempuan kulit hitam dan kulit putih mungkin mengalami kondisi kemiskinan yang  berbeda atau bahwa laki-laki kulit berwarna mungkin memiliki arti yang berbeda dengan status sosial ekonomi mereka daripada laki-laki kulit putih, dan seterusnya. Pada tingkat institusional-makro kita tahu bahwa ras atau etnis, kelas dan gender secara statistik terkait; lebih banyak wanita kulit hitam yang miskin daripada wanita kulit putih; sangat sedikit anak dari kelas bawah yang mungkin memperoleh pendidikan tinggi, dll. Namun, kita hanya tahu sedikit tentang hubungan dan dinamika pada tiga basis utama diskriminasi gender, etnis, dan kelas seperti yang dialami oleh individu-individu yang menduduki strata bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Devi, D. N. (2022). Analisis Interseksionalitas dalam Aktivisme di Abad ke-21 Menurut Perspektif Neomarxisme. Universitas Airlangga, Surabaya , 1-6.
Nayati, W. U. (2021). Interseksi Gender : Perspektif Multidimensional Terhadap Diri Tubuh dan Seksualitas dalam Kajian Sastra. Gadjah Mada University Press , 1-13.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H