Selain itu tambahkan dengan elemen booklet atau barcode dan peta wisata Danau Toba. Kemudian, sisa-sisa letusan 74000 tahun lalu, rupanya masih ada berupa endapan-endapan berbentuk bukit atau lembah yang mirip kue lapis legit kata Indyo.
Berkah dari sebuah gunung merapi yang meletus, alam sekitarnya perlahan justru jadi tambah subur, terbukti Danau Toba punya potensi agrowisata. Ada perkebunan Kemenyan (Styrax paralleloneurum)Â atau Haminjon terletak di Tapanuli Selatan, Humbang Hasundutan, dan sekitarnya.
Lalu ada perkebunan Kopi, jenis arabika seperti Kopi Lintong, Kopi Sidikalang yang terkenal, Sigarar Utang, dan Mandailing.
Kemudian ada pohon dan budidaya tanaman lokal seperti Andaliman, Hariara, Andalehat, dll. Hutan Wisata Taman Eden di Desa Sionggang, Kecamatan Lumban Julu, Toba Samosir pun kaya akan anggrek hutan yang tumbuh dan berkembang.
Lalu bagaimana dengan makhluk biota dalam Danau Toba? Di dalamnya hidup banyak biota seperti plankton, hewan di dasar perairan, ikan endemik Danau Toba yang memiliki nama latin Neolissochilus thienemanni dan juga berbagai tumbuhan air.
Selanjutnya, ada Aktivis Lingkungan Annette Horschmann yang membahas Toba dari sisi lingkungan secara to the point. Ada 4 hal menurut Annete yang mengancam lingkungan Danau Toba yaitu peternakan ikan dan babi, pertanian, pariwisata, dan masyarakat sekitarnya.
Wah setuju sama Annette, dulu ada banyak tambak di pinggir Danau Toba, bahkan ada mitos melempar koin ke danau saat menyebrang yang ujung-ujungnya dikutip sama anak-anak Toba. Lalu aku juga ingat, betapa masih banyak sampah yang mengambang di sekitaran danau, duh miris.
Saat ini, ungkap Annette, kita sedang hadapi ecotourism versus over tourism. Hal ini dibuktikan Annette dari data yang ia kumpulkan dan menemukan artikel tentang keinginan seorang pejabat untuk datangkan 10 juta pengunjung tiap tahun, "jangan dong" tegas Annette, hal itu akan tidak baik untuk lingkungan Danau Toba, 500 ribu pengunjung saja pertahun sudah jauh lebih dari cukup.
Berikut solusi agar ecotourism bisa terlaksana di kawasan wisata Danau Toba yang dipaparkan Annette dengan straight to the point, yaitu memberikan pelatihan pada warga lokal untuk mengolah sampah organik dan anorganik agar tidak ada lagi limbah yang mengotori danau, pelatihan dilakukan di lapangan, beri warga contoh bagaimana hidup berkonsep green.
Lalu, terapkan ecotourism yang low impact yang meminimalisir terciptanya sampah, recycle bukan solusi, buatlah program green hotel dan beri apresiasi bagi hotel yang menerapkannya misal dengan keringanan pajak, kemudian adakan konsep alam beratraksi, perbaiki jalan ke gunung, tapi jangan semua diaspal.
Pohon-pohon besar di kawasan danau sebaiknya ditandai diberi nama dan informasi. Betapa Annette ingin konsep sustainable tourism ini sungguh-sungguh dijalankan, take it serious! tegas Annete.
Sebelum menutup pemaparannya yang membuat aku sendiri tertampar-tampar adalah "Jangan ngaku pecinta lingkungan, jika Anda masih konsumsi air minum dalam kemasan," JLEB!