Perang Khandaq atau perang parit terjadi pada tahun 5 Hijriyah (627M) bulan Syawwal. Mengapa disebut perang parit? Karena kata Khandaq sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti parit.[1] Perang Khandaq juga dikenal sebagai perang Ahzab (perang gabungan), dimana kaum Muslimin mempertahankan kota Madinah dari serangan kaum Kafir dengan cara membuat parit disekeliling kota Madinah. Perang ini terjadi antara kaum Muslimin melawan pasukan gabungan dari Quraisy, Yahudi, Ghathafan. Secara umum, terjadinya perang ini karena adanya rasa khawatir masyarakat Arab terhadap agama yang dianut sejak datangnya Islam, menurut mereka keberadaan Islam di Madina menyebabkan biaya pengiriman barang ke Syam menjadi membengkak, keinginan masyarakat Arab untuk membalaskan dendam mereka terhadap kaum Muslimin karena kekalahan yang mereka dapat dalam perang-perang sebelumnya.[2]
Â
Dijelaskan didalam Al-Qur`an surat al-Ahzab ayat 10-11, yang artinya :
Â
"(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan, dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat"
Â
Disini Allah menjelaskan bahwa orang orang yang beriman sedang diuji keimanannya, karena jumlah pasukan kaum muslimin yang hanya 3000 personil. Sedangkan kaum Yahudi/Kafir memiliki jumlah pasukan 10.000 personil, dengan perincian 4000 pasukan dari Quraisy dengan kabilah-kabilah kecil yang bersekutu dan 6000 dari Ghaftan juga beserta sekutu-sekutunya.[3] Menurut logika, kaum muslimin akan kalah karena sangat banyaknya pasukan kaum kafir. Mengetahui akan datangnya musuh ke Madinah, para delegasi keamanan Islam selalu dalam kondisi waspada dan mencari informasi serta mengintai para pasukan musuhnya.
Â
Ketika Rasulullah mendapatkan informasi tentang pergerakan musuh, beliau tidak tinggal diam. Rasul mengambil langkah pertahanan dan mengadakan pertemuan dengan para sahabatnya termasuk para komandan besar Islam, baik dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Satu diantara mereka yang memberikan pendapatnya agar dilakukannya penggalian parit (khandaq) secara besar-besaran untuk menghadang musuh-musuh Islam adalah sahabat Salman al-Farisi, beliau berkata kepada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, dulu jika kami di negeri Persia khawatir akan serangan pasukan berkuda, maka kami akan menggali parit disekitar kami. Tidakkah sebaiknya Engkau akan menggali parit, Wahai Rasul?'. Seketika semua yang ada didalam pertemuan itu takjub akan pendapat yang diberikan Salman.[4]
Â
Setelah adanya persetujuan dari hasil musyawarah untuk menggali parit, Rasulullah dan beberapa para sahabat menentukan tempat mana saja yang akan digali dan dijadikan sebagai tempat untuk melindungi pasukan kaum muslimin. Dalam penggalian parit Rasulullah ikut dan terjun langsung bersama pasukannya. Keika Rasulullah hendak mencangkul batu besar dan sangat keras didalam salah satu parit, diriwayatkan oleh An-Nasa`i dan Ahmad, dari Al-Bara` bin `Azib, Rasulullah bersabda 'Allahu Akbar, aku diberi kunci-kunci gudang kekayaan Negeri Syam. Demi Allah, aku melihat istana-istananya berwarna merah'.Â