Mohon tunggu...
Zidan Amrullah As Sudis
Zidan Amrullah As Sudis Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Biasa

Pejantan tanggung yang menyukai motor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Deris Nagara, Presiden Bem di Columbia University Menurut Kacamata Orientalisme dan Representasi

4 Juni 2023   22:06 Diperbarui: 4 Juni 2023   22:13 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa kasus yang terjadi di dunia Barat, terdapat perlakuan yang tidak menyenangkan, termasuk pelecehan verbal dan fisik terhadap orang Asia. Dalam artikel How Anti-Asian Racism Has Manifested at Work in the Pandemic oleh Jennifer Kim dan Zhida Shang menyebutkan bahwa selama pandemi Covid-19, orang Barat mengira bahwa virus ini adalah virus yang berasal dari Asia.(Kim & Shang, 2023) Akibatnya, sebagian orang Timur yang bekerja di dunia Barat kerap mendapat pelecehan verbal atau ancaman fisik karena dianggap sebagai penyebar virus. Ini membuktikan bahwa stereotip tentang orang Asia yang lemah dan jahat masih melekat kuat pada kehidupan di dunia Barat.

2. Perbuatan meremehkan orang Timur

Dalam beberapa kasus di dunia barat saat ini, telah terjadi tindakan meremehkan orang timur. Sardar dan Van Loon mengutip Said yang mengatakan bahwa orientalisme selalu dikesampingkan oleh orang Timur (Sardar & Loon, 1999). Hal ini mencakup dalam dunia pendidikan dan dunia kerja. Dalam dunia pendidikan, orang timur distereotipkan sebagai orang yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang terbatas. Sehingga mereka sering dipinggirkan dan mendapat perlakuan buruk di kelas dan lingkungan sosial. Selain itu, orang Timur cenderung mengalami diskriminasi baik dalam proses seleksi masuk ke lembaga pendidikan maupun dalam proses pembelajaran.

Dalam dunia kerja, orang timur juga mendapat pandangan buruk dari orang barat. Terbukti bahwa orang Timur sering dipandang tidak memiliki keterampilan kepemimpinan, kurang kompetensi, kurang kreativitas, dan kurang mampu berinovasi. Dalam beberapa kasus, sulit bagi orang Timur untuk mendapatkan posisi kepemimpinan bahkan promosi. (SEARAC, 2020) Selain itu, karena rasnya, orang Timur juga sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan berupa pelecehan dan intimidasi verbal dari rekan kerja dan manajer di suatu perusahaan. Dalam kasus lain disebutkan bahwa orang timur cenderung terpinggirkan, sehingga orang timur seringkali tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan keterampilannya.

Beberapa tindakan tersebut merupakan tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh orang barat terhadap orang timur. Hal ini merupakan salah satu akibat dari pandangan orientalisme yang menyudutkan orang timur dan sangat didukung oleh perbedaan ras. Kurangnya kesadaran penerapan teori multikulturalisme dari Barat juga sangat mempengaruhi tindakan diskriminasi ini.

Pada dasarnya, teori orientalisme yang telah dibahas sebelumnya memiliki hubungan yang erat dengan gagasan representasi dalam kajian budaya. 

Menurut Sardar dan van Loon, teori representasi sendiri memiliki pengertian bahwa representasi adalah proses dan produk yang memberikan tanda-tanda makna tertentu (Sardar & Loon, 1999). Dapat dipahami, teori ini mengandung teori representasi yang merupakan perspektif yang digunakan oleh manusia untuk memahami, menjelaskan, dan memberi pengertian pada dunia di sekitar mereka. Ekspresi mencakup bagaimana manusia berkomunikasi, mempresentasikan, dan merepresentasikan ide, pandangan, dan realitas melalui simbol, gambar, bahasa, dan media. Orientalisme dan representasi saling terkait karena mereka tentang bagaimana kita memandang dan merepresentasikan dunia. 

Orientalisme adalah pandangan atau pemahaman tentang Timur yang dikembangkan oleh Barat, menghasilkan representasi stereotip masyarakat, budaya, dan agama Timur. Representasi sosial juga membahas bagaimana kita memahami, mendeskripsikan, dan merepresentasikan dunia, termasuk bagaimana kita memandang kelompok sosial tertentu seperti masyarakat Timur.

Kemudian berita dari detikedu berjudul "Pemuda Ciamis Ini Jadi Presiden BEM di Columbia University, Siapa Dia?" (Aisyah, 2023) bisa menjadi bukti sahih yang bisa mematahkan pandangan buruk seperti orang timur yang tidak becus, irasional, primitif, dll di mata orang barat. 

Deris adalah orang timur (Indonesia) yang mampu membuktikan di mata dunia internasional bahwa ia mampu menjadi presiden mahasiswa di School of International and Public Affairs Columbia University. Tak hanya itu, pemuda asal Ciamis ini juga membuktikan bahwa orang Timur (Indonesia) memiliki kemampuan dan keterampilan yang mumpuni serta mampu mendobrak pandangan buruk orang barat terhadap orang timur. Ia membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi presiden dari School of International and Public Affairs Columbia University yang merupakan kampus top dunia dan memiliki lebih dari 1500 mahasiswa dari berbagai negara di dunia.

Dalam buku Introducing Cultural Studies karya Ziauddin Sardar dan Van Loon dikatakan bahwa representasi menyampaikan ide-ide abstrak dan ideologis dan digambarkan dalam bentuk yang konkrit. (Sardar & Loon, 1999) Dalam konteks ini, sesuatu yang abstrak dan merupakan gagasan ideologis mengandung beberapa poin sebagai bentuk perlawanan terhadap segala macam tindakan yang merupakan implementasi dari teori Orientalisme yang mengarah pada tindakan yang menyudutkan dan merendahkan orang timur. Kemudian ide tersebut diwujudkan dengan bukti nyata oleh Deris Nagara dengan prestasinya sebagai presiden Bem di School of International and Public Affairs Columbia University. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun