Bayangkan jika Bertrand Russell, filsuf, logikawan, dan aktivis perdamaian asal Inggris yang kritis terhadap dogma, agama, dan politik, hidup di Indonesia saat ini.
Di tengah kompleksitas perpolitikan, kontroversi agama, dan tantangan sosial yang tengah berlangsung, pandangan rasional Russell akan memberikan kritik tajam terhadap banyak aspek yang menyelimuti kehidupan politik dan sosial di Indonesia.
Perpolitikan di Indonesia: Antara Kepentingan Elit dan Rakyat
Russell, dengan pandangan filosofisnya yang selalu mendukung kebebasan berpikir dan penentangan terhadap otoritarianisme, kemungkinan besar akan mengkritik keras sistem perpolitikan Indonesia saat ini.
Sistem politik Indonesia, meskipun berlandaskan demokrasi, tidak terlepas dari banyaknya masalah yang berkaitan dengan oligarki, korupsi, dan ketidakadilan sosial.
Russell akan dengan tajam menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah menjalani beberapa pemilu demokratis, ada oligarki yang masih berkuasa di balik layar, mengendalikan kebijakan publik dan arah negara.
Sebagaimana di masa lalu ia menentang perang dan kekerasan politik, Russell juga akan mengecam politik uang dan patronase yang kerap menjadi jalan pintas bagi para politisi untuk memenangkan kekuasaan.
Praktik politik semacam ini mengancam demokrasi yang sesungguhnya karena tidak hanya menipu rakyat, tetapi juga memperburuk ketimpangan sosial yang semakin terasa di Indonesia.
Bagi Russell, demokrasi yang ideal adalah sistem di mana suara rakyat benar-benar didengar, dan bukan hanya permainan elit yang berlomba-lomba memperkaya diri sendiri.
Politisasi Agama: Kebenaran atau Manipulasi?
Sebagai seorang ateis dan kritikus keras terhadap agama yang digunakan untuk menjustifikasi kekuasaan, Russell tidak diragukan lagi akan mengkritik keras politisasi agama di Indonesia.