Mohon tunggu...
Zainuddin El Zamid
Zainuddin El Zamid Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Menulis apa saja yang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gus Solah dan Alasan Mengapa Saya Menulis

6 Juni 2024   19:16 Diperbarui: 6 Juni 2024   19:23 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berpose dengan Gus Solah (Dokpri)

Hal ini seharusnya menjadi motivasi bagi pemuda Islam dan para santri, termasuk saya, untuk meneruskan dan melanjutkan tradisi menulis tersebut. Menulis bukan sekadar kegiatan intelektual, tetapi juga bentuk pengabdian dan kontribusi kepada umat. Dengan menulis, kita tidak hanya menyantap karya dan mengambil keberkahan ilmu dari para ulama, tetapi juga bisa berkontribusi pada pengembangan keilmuan, khususnya dalam bidang agama dan kepesantrenan.

Menulis adalah cara kita untuk berpartisipasi dalam tradisi keilmuan Islam, memastikan bahwa ilmu yang kita peroleh tidak berhenti pada kita, tetapi terus mengalir dan bermanfaat bagi orang lain. Dengan menulis, kita mengikuti jejak para ulama terdahulu yang telah mencurahkan hidup mereka untuk ilmu pengetahuan dan pendidikan. Kita menjaga api keilmuan tetap menyala, memberikan cahaya bagi generasi berikutnya.

Oleh karena itu, menulis menjadi lebih dari sekadar hobi atau pekerjaan. Menulis adalah sebuah tanggung jawab dan panggilan untuk melanjutkan tradisi mulia yang telah diwariskan oleh para ulama. Dengan menulis, saya berharap dapat memberikan sumbangsih kepada dunia keilmuan, menyebarkan manfaat, dan menjaga tradisi yang telah berusia ribuan tahun. Menulis adalah jalan untuk menjaga dan mengembangkan warisan intelektual Islam, dan saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari tradisi yang mulia ini, walau saya belum memiliki karya yang bisa bermanfaat dan bisa dipamerkan untuk banyak orang.

Produktif di Tengah Kesibukan Hidup

Seiring bertambahnya usia, banyak teman sebayaku yang mulai fokus dengan kesibukan pekerjaan dan mengurus rumah tangga. Namun, sejak awal, saya menolak untuk menjadi bapak-bapak yang hanya sekadar bekerja, pulang, mengurus anak, ngopi, dan tidur. Saya memiliki komitmen dengan istri untuk terus menjadikan ilmu dan pengetahuan sebagai prioritas dalam rumah tangga kami, terutama dalam mendidik anak. Dari sana akhirnya muncul keinginan untuk belajar menulis dan tetap produktif menulis sebagai bentuk penolakan terhadap kemunduran pribadi.

Menulis adalah cara saya untuk tetap produktif dan terus berkembang. Saya tidak ingin menjadi seseorang yang berhenti belajar hanya karena kesibukan sehari-hari. Saya ingin membuktikan bahwa di usia yang mungkin sudah tidak lagi muda, kita masih bisa mengembangkan potensi diri dan melakukan self-improvement. Menulis menjadi salah satu cara untuk memastikan bahwa saya terus membaca dan mempertahankan kecintaan terhadap ilmu. Nulis doang tapi gak baca, mau jadi apa? Di sanalah tantangannya.

Memiliki waktu yang terbatas tidak boleh menjadi alasan untuk berhenti belajar. Justru, kita harus membuat komitmen dengan diri sendiri untuk tetap belajar dan produktif. Dukungan dari istri sangat berperan penting dalam menjaga semangat dan komitmen ini. Selain itu, manajemen waktu yang baik menjadi kunci untuk bisa menyeimbangkan antara pekerjaan, keluarga, dan menulis.

Pilihan saya untuk produktif menulis adalah bentuk perlawanan agar tidak menjadi bapack-bapack nirkarya (tanpa karya) dan bapak-bapak yang malas membaca. Saya ingin memberikan contoh yang baik kepada anak kami, minimal di alam bawah sadarnya dia merekam bahwa aktivitas bapaknya tidak jauh dari mengajar, membaca, dan menulis. Dengan begitu, suatu hari nanti, dia akan mengikuti jejak bapaknya untuk tetap memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan hal-hal yang positif.

Menulis juga menjadi cara saya untuk menanamkan nilai-nilai penting kepada anak kami, yaitu agar jangan pernah jauh-jauh dari ilmu. Saya ingin dia tumbuh dengan pemahaman bahwa belajar adalah proses seumur hidup dan produktivitas adalah kunci untuk mencapai kesuksesan. Menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang membentuk karakter dan membangun kebiasaan baik dalam keluarga kami.

Dengan menulis, saya berharap bisa terus memberikan contoh yang baik, menunjukkan bahwa kita bisa tetap produktif dan berkontribusi, bahkan di tengah kesibukan hidup. Menulis adalah cara saya untuk tetap menjaga api semangat dan cinta terhadap ilmu, dan saya berharap anak kami juga akan merasakan manfaat dari kebiasaan ini di masa depan.

Wallahua'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun