Kata Ibu, diluar sedang hujan
Deras, membuat pekarangan sedikit tergenang
Jangan keluar! katanya
Nanti bisa demam
Kata Ayah, itu suara hujan
Rintik-rintik, mengetuk atap rumah
Katanya, yang mengetuk di jendela juga adalah hujan
Jangan di bukakan, nanti ia masuk
Kata Abang, yang mengetuk atap adalah tuan hujan
Tuan hujan mencari anak nakal yang bermain hujan
Lalu diculiknya anak-anak itu untuk kemudian dijadikan air hujan
Kalau tidak mau, jangan keluar katanya
Kata kakak, yang jatuh dari awan namanya hujan
Jika awan bersedih, warnanya akan abu-abu
Jika ia bahagia, warnanya akan putih dan bentuknya mengukir senyum
Namun bila awan patah hati, air matanya akan jadi hujan
Makanya jangan keluar, awan tak pernah mau didapati sedang bersedih
Kata seorang yang mencintai puisi, hujan adalah pengantar kata=kata
Aksara bersembunyi dibalik rintik
Dan mengalir menuju sosok yang menjadi tujuannya
Lalu terkumpul dan menjadi kata-kata
Tapi aku menolak semuanya
Hujan bagiku adalah kamu
Yang mengajakku keluar kala semua menutup pintu rapat-rapat
Yang mengajari bahwa hujan harus dipeluk, bukan ditinggal sendirian
Hujan deras maupun rintik, itu adalah kamu
Yang memanggilku keluar rumah dan memainkan rintik,
Juga mengajak menemani awan yang menurunkan hujan
Mengajak berbahagia dibawah air yang oleh langit dijatuhkan untuk bumi
Katamu,
Diluar sedang hujan
Ayo keluar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H