Aku ikut di sesi foto siswa berprestasi bagian akademik bersama teman-teman luar biasa yang juga kerap kali mewakili sekolah ke ajang nasional dan malah hingga internasional. Setelah itu dilanjutkan sesi foto untuk siswa berprestasi non-akademik, yang diperuntukkan teman-teman yang pernah mewakili sekolah juga provinsi dalam ajang FLS2N, dan cabang seni atau olahraga. Semuanya hebat, karena setiap orang punya potensi berbeda-beda.
Setelah itu, angkatanku berfoto di tengah lapangan dan membentuk MDN 11. MDN yang merupakan singkatan nama sekolah- Madani, dan angka 11 adalah angkatan kami. Ya, sekolah ini mungkin tergolong masih muda dibanding sekolah lainnya yang angkatannya sudah mencapai angka puluhan.Â
Di sesi inilah yang paling banyak mengeluhnya. Matahari terik sekali, padahal saat sesi foto random tadi pagi turun rintik-rintik. Sekarang, langit di ujung sana berwarna kelabu tua, tapi di lapangan upacara malah terik menyengat. Cuaca, oh cuaca!
Jadilah sambil mengomel, akhirnya setelah amat lama kemudian, kertas karton hijau dan balon dibagi. Drone pun mulai diterbangkan dengan tinggi melebihi atap gedung kelas 12- gedung berlantai dua dan merupakan gedung tertinggi di sekolahku. Dan dibuatlah video kami dari atas sambil melepas balon dan kemudian berlarian bubar secara acak. Aku berlari dengan agak lambat dan sedikit zig-zag. Ini aneh, tapi sengaja kulakukan. Kenapa? Agar ketika bertahun-tahun yang akan datang, aku nggak lupa yang mana aku pas masih SMA saat berbaris dan berlari dulu. Hahaha.....
Karena sebentar lagi memasuki waktu shalat dzuhur, kami pun menghentikan sesi pemotretan. Aku dan beberapa teman bersama-sama makan di salah satu warung, kalau di daerahku disebutnya warung 'mas joko'. FYI, Palu memiliki banyak sekali warung demikian di pinggir jalannya.Â
Menunya rata-rata sama, yaitu ayam dan ikan goreng atau bakar, soto, tempe, tahu, minuman teh, dan banyak lagi. Dan uniknya hampir semua namanya memakai nama 'mas joko'. Kalau bukan 'mas joko', mungkin memakai nama pemiliknya. Misalnya, 'Mas Dani'. Meski nama warung makan tersebut 'Mas Dani', tetapi masyarakat pasti menyebutnya warung 'Mas Joko'.
Oke, singkatnya, aku makan di warung 'mas joko' itu. Setelah makan, kami kembali ke sekolah dan melakukan aktivitas apa yang seharusnya dilakukan. Kami diberi sedikit pengarahan untuk pergi ke lokasi pemotretan selanjutnya, yaitu sebuah bukit di dekat sekolah kami. Kami harus menggunakan motor untuk mencapai lokasi itu. Karena kalau menggunakan mobil, jalannya kurang bagus. Dan aku bingung mau numpang sama siapa? Akhirnya, Dimas mengajakku duduk di motornya karena boncengannya kosong. Oke, kali ini aku duduk dibelakang lebih normal daripada tadi pagi. Meski berpakaian normal, aku tetap memeluk boneka beruangku. Hahaha....
Karena hanya beberapa teman saja yang tahu jalan menuju bukit itu (salah satunya Dimas), jadi kami jalan duluan. Tiap melewati pembelokan, kami berhenti dulu untuk mengarahkan teman-teman lain. Kita meminta teman-teman untuk tidak ada yang pergi ke jalannya dengan melawan arus. Jadi harus berputar lewat kapsul. Setelah memastikan semua sudah pergi, Dimas mencari jalan cepat ke lokasi agar kami tetap mengarahkan teman-teman.Â
Dan begitu terus. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, kami pun meneruskan perjalanan sambil menyalip beberapa motor teman karena kami penunjuk jalan. Jalanan yang tidak beraspal membuat kami semua memacu motor dibawah 40. Ketika sudah berada di pertengahan jalan, dibelakang banyak motor. Aku mendokumentasikan perjalanan dengan gawaiku sendiri.
Okey. Jadi setelah memarkir motor, tiba-tiba datang pengemudi terakhir yang tidak kami lihat sebelumnya. Seorang penjual telur goreng yang biasa berjualan di seberang jalan sekolah datang! Satu angkatan tertawa. Entah siapa yang mengajak si mas kemari, setidaknya teman-teman yang tidak membawa air minum bisa membeli es sirup yang ia jual. Kami briefing sejenak.Â