Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romantisme Sekolah Dasar

27 Agustus 2016   18:19 Diperbarui: 15 Oktober 2016   21:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sana, ribut sekali. Tidak jelas lagi apa yang diperbincangkan. Bel tiba-tiba berbunyi. Ummi Ella meminta anak-anak untuk bersiap-siap dan menegur anak yang tadi belum selesai pekerjaannya untuk dikumpulkan. Semua anak kembali ke tempat duduk masing-masing dengan senyuman entah karena apa. Yang sedang cinta (monyet) Maulana, yang senyum-senyum sendiri satu kelas. Yang nulis surat cinta Maulana, yang bahagia juga satu kelas.

Ummi Ella meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Semua menundukkan kepala dengan tenang dan khusuk berdo’a sebelum pulang. Setelah selesai, Ummi duduk lagi di tempatnya dan anak-anak salim pada beliau. Tampak setengah kelas mengerubungi Maulana lagi. Maulana melipat kertas, kemudian menundukkan kepalanya. Yang lain ikut juga menundukkan kepala, berdoa. Maulana yang memimpin do’a semoga diterima. Ummi Ella yang diam-diam mendengarkan mulai paham jalan cerita rebut-ribut sedari tadi. Ternyata ada anak walinya yang mulai puber, pakai surat cinta segala. Isinya juga lucu. Tadi dibacakan keras-keras oleh Maulana agar semuanya bisa dengar.

Selesai berdo’a, semuanya keluar kelas dan menuju kelas 6-F, kelasnya perempuan yang disukai Maulana. Tapi kelas itu kosong. Semua ber-yah kecewa dan beberapa bubar menuju rak sepatu. Maulana segera berlari ke rak sepatu juga. Pasti disana masih ada dia! Anak-anak lain yang tidak ada kerjanya berlari juga dibelakang Maulana, ikut tegang entah kenapa. Ternyata di rak sepatu kelas 6-F juga tidak ada Amel, perempuan yang disukai Maulana. Maulana berlari ke pintu gerbang sekolah tanpa pakai sepatu terlebih dahulu. Yang lain juga begitu. Mengikuti Maulana.

Ternyata Maulana tidak terlambat. Amel sedang buang sampah di dekat pintu gerbang. Maulana menghela nafas lega. Yang lain, tersenyum lagi. Maulana berjalan cepat mendekati Amel. Dan menyerahkan surat itu.

“Amel, ini surat buat kamu” katanya sambil menunduk dan kemudian lari cepat-cepat. Tapi tidak ada lagi yang mengikuti Maulana. Semua berdiri mengelilingi Amel dan berteriak-teriak : “Buka! Buka! Buka!”

Amel membuka surat dengan heran dan penasaran. Ketika dibuka, isinya pendek saja :

“Hai Amel… kamu mau nggak jadi pacar aku? Terima ya, nanti aku kasih coklat sama bunga deh! Dari maulana”

Amel bergidik ngeri. Dia langsung merobek kertas itu dan meremasnya kemudian melemparkan ke tempat sampah. Rombongan yang tadi menunggu jawaban Amel terdiam tanpa ekspresi dan pergi begitu saja.

“Apaan sih? Gak ada kerjaan banget! Yuk, Za kamu pulang bareng aku kan?” tanya Amel padaku. Aku mengangguk meng-iyakan.

"Buruan. Aku mau cepat pulang. Malu tau diliatin banyak orang. Zaza, ih cepetan pake sepatunya" aku hanya tertawa mendengarnya, sengaja berlama-lama.

Di jalan, aku menggoda Amel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun