Mohon tunggu...
DwiIka Puji
DwiIka Puji Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyikapi Berita Hoaks Harus Dibarengi dengan Pikiran Logis

10 November 2017   12:51 Diperbarui: 10 November 2017   12:57 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat pagi para reader ...

Tulisan ini saya persembahkan untuk seluruh masyarakat Indonesia khususnya guru-guru muda yang selalu berkarya dan mempunyai jiwa semangat menatap masa depan, yang tetap terus mengabdikan diri untuk bangsa Indonesia.

Disini saya ingin menyampaikan beberapa pokok bahasan yang erat kaitannya dengan kemajuan iptek yang sedang menjadi momok besar bila disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak baik.

Di abad ini, banyak kita jumpai perubahan-perubahan dalam kehidupan kita entah itu karena memudarnya kebiasaan -- kebiasaan baik atau karena kemajuan iptek yang membuat kita sering hanyut dan kurang bisa mencermati serta mensikapi perubahan yang ada.

Anehnya, perubahan yang ada sekarang ini merupakan perubahan yang sangat kompleks yang meliputi banyak aspek dalam kehidupan kita, misalkan saja dengan adanya alat komunikasi yang semakin canggih atau yang biasa kita sebut smartphone yangdibekali dengan fasilitas baru seperti aplikasi - aplikasimedia sosial yang kebanyakan orang belum mampu menggunakannya secara bijak dan bertanggung jawab.

Kita semua tahu bahwa masyarakat Indonesia, setengah dari kita sudah menggunakan internet,akan tetapi tingkat literasi pada media sosial dan kemampuan masyarakat untuk memahami serta menganalisis suatu berita masih sangat rendah.

Dengan adanya aplikasi -- aplikasi sosial media baru seperti facebook, blackberry messenger, whatsapp, line, dan sejenisnya yang belum bisa kita gunakan secara bijak malah menjadi sasaran empuk bagi orang -- orang yang ingin memicu adanya tindakan penyalahgunaan media sosial untuk menyebarkan berita -- berita bohong/hoax.

Berita-berita hoax tersebut biasanya berisikan tulisan-tulisan persuatif, bernada provokatif yang seringkali berkenaan dengan berbagai macam hal yang ada di sekitar kita. Cara kita membedakan berita hoax atau bukan, bisa kita cermati pada isi berita tersebut, yaitu :

  • Biasanya berisikan kalimat persuatif yang berupa ajakan-ajakan.
  • Bernada menyudutkan pihak tertentu (provokasi)
  • Tidak dibarengi dengan alasan-alasan yang jelas
  • Tidak adanya narasumber atau situs resmi yang berarti bahwa berita tersebut seperti surat kosong tanpa disertai adanya nama penulis atau sejenisnya.

Pentingnya bagi kita, sebagai manusia yang peduli pada pendidikan sebaiknya kita memberikan pembekalan -- pembekalan dan penguatan dalam penggunaan berbagai aplikasi sosial media pada anak didik kita.

Sayangnya, acap kali kebanyakan dari kitapun masih sering salah mengartikan dan menganalisa sebuah berita. Sering juga kita malah ikut serta dalam rangka penyebaran berita -- berita hoax tersebut. Tindakan --tindakan seperti itu memberikan dampak tidak baikdiantaranya menyebabkan rusaknya hubungan baik antar sesama, menjatuhkan orang lain, memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Apabila berita hoax mengena pada sebuah produk sudah pasti produk tersebut bisa terdiskreditkan dan merosot nilai jual di masyarakat akhirnya produk tersebut tidak laku terjual, dan yang sangat mencengangkan akibat berita hoax yang telah di sebar ulang/di broadcase pada media sosial akan menimbulkan kegaduhan dalam kehidupan bermasyarakat.

Seperti halnya saya sendiri, saya pernah mendapati beberapa broadcase yang berisikan berita -- berita "hoax" yang di dalamnya mengandung informasi -- informasi baru yang belum saya tahu kebenarannya. Awalnya saya merasa beruntung sekali mendapat informasi seperti itu, dan saya juga ikut serta dalam penyebaran  berita tersebut.

Dengan hanya bermodal rasa percaya saja,yang ada di pikiran saya hanya perihal membenarkan berita tersebut, broadcasenya kira -- kira ada kata -- kata seperti ini  " Jangan pakai micin nanti bego ". Saya langsung percaya dan langsung saya broadcast ke teman -- teman. Saya juga langsung meminta ibu untuk tidak masak menggunakan micin. Semua itu saya lakukan karena adik saya masih banyak dan masih kecil -- kecil, saya takut mereka jadi bego karena micin. Pandangan saya jadi berubah, pikir saya kenapa diproduksi kalo membuat orang bego. Saya benci sekali dengan produsen micin. Akhirnya karena saya selalu melarang ibu pakai micin, ibu saya masak tanpa menggunakan micin sedikitpun. Rasa masakan jadi hambar dan rasanya tidak enak. 

Bapak dan kakak serta adik-adik saya sering komplain dengan masakan ibu saat itu. Kasian ibu, dan akhirnya Ibu saya pun kembali masak pakai micin lagi.Ketika itu saya sempat marah dan saya ogah ogahan makan dirumah. Saya bingung mau makan apa dan dimana. Selalu saya meniti- niti makanan, baik yang dimasak ibu maupun makanan yang dibeli di warung. Pikir saya, kok susah amat mau makan jaman sekarang.

Singkat cerita saya menemukan sebuah artikel yang merupakan broadcast juga dari teman saya yang sekolah di fakultas farmasi. Dalam broadcasenya terdapat nama penulis di sisi bawah. Saya baca artikel tersebut sampai selesai. Di dalamnya menjelaskan tata cara penggunaan micin yang sesuai aturan, kandungan micin, dan manfaat -- manfaat micin yang malah bisa membantu pencernaan. Inti isi dari artikel tersebut dikatakan bahwa penggunaan micin itu  masih bisa asalnya sesuai aturan. Pikiran saya jadi lebih nyaman karena artikel itu dan penjelasan didalamnya.

Dari pengalaman saya tersebut, saya dapat simpulkan bahwa cara-cara mensikapi berita hoax dapat kita lakukan dengan cara -- cara berikut:

  • Tidak langsung percaya pada berita yang kita dengar atau kita baca;
  • Pastikan dalam berita tersebut terdapat nama nara sumber atau penulis berita;
  • Selain nara sumber, apabila ada situs pendukung bisa kita cek kebenarannya;
  • Jangan pernah menyebarkan ulang berita atau tulisan apapun sebelum kita baca isinya.
  • Apabila sudah kita baca dan belum yakin atas kebenaran berita tersebut, pikirlah dengan logika kita;
  • Cari wawasan yang lebih luas, misalkan dengan memperbanyak baca buku dan koran.

Selain pengalaman saya diatas, mungkin para reader dan teman - teman juga sering mendapati berita -- berita hoax lainnya karenaberita -- berita hoaxpasti masih banyak yang beredar di masyarakat. Maka dari itu tetaplah menjadi pembaca yang bijak dan selalu berfikir positif. Rajinlah membaca dan jangan malas menambah wawasan. Semoga kebaikan tetap menyertai kita semua.

Sekian dari saya dan semoga bermanfaat.

Salam semangat. Salam anti hoax.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun