Jujur saja, saya tidak pernah tertarik menonton sinetron-sinetron masa kini yang banyak ditayangkan di TV. Cerita yang dibuat-buat, membosankan, dan akting pas-pasan yang hanya mengandalkan kecantikan/ketampanan pemainnya.
Mungkin karena itu pula saya jadi malas mengikuti Si Doel The Series yang sepertinya sudah mengikuti format sinetron sekarang.
Beda dengan Si Doel Anak Sekolahan yang seperti menampikan potret kehidupan sehari-hari. Mengandalkan cerita yang kuat serta chemistry yang kuat antar karakternya.
Misalnya ketika Babe berdebat dengan Mandra, Mandra bertengkar dengan Mas Karyo, Mandra disebut primitif, atau saat Atun terjepit trompet tanjidor, semuanya seperti berjalan dengan alami.
Zaman yang sudah berubah
Alasan lain kenapa saya lebih suka Si Doel Anak Sekolahan bisa jadi karena saat itu yang namanya hiburan belum sebanyak sekarang. Ketika itu hiburan harian yang bisa dinikmati hanyalah TV dengan jumlah stasiun yang belum sebanyak sekarang. Internet juga belum dikenal, sehingga tidak ada yang namanya YouTube atau layanan streaming.
Sekarang dengan beragamnya opsi tontonan, membuat penonton menjadi memiliki prioritas tontonan mana yang harus ditonton dulu. Mungkin saja Si Doel The Series ini bagus. Tapi karena saya sudah memiliki prioritas tontonan, membuat saya sementara menyingkirkan dulu Si Doel The Series dari daftar tontonan saya.
Menurut saya, versi original lebih menarik untuk ditonton
Dalam industri film, sangatlah wajar jika penonton kerap membanding-bandingkan antara film versi awalnya dengan versi lanjutannya. Umumnya, versi awal atau versi pertama akan selalu dianggap jauh lebih baik ketimbang versi yang dibuat di tahun-tahun berikutnya. Tidak percaya?
Ambil contoh film Jurassic Park yang tayang pada 1993. Film itu dianggap sebagai masterpiece dan tidak membosankan jika ditonton berulang-ulang. Situs Rotten Tomatoes memberi rating 93 persen.
Tapi jika dibanding dengan Jurassic World Dominion yang tayang pada 2022, dan diberi rating 29 persen oleh Rotten Tomatoes, rasanya jauh sekali. Sebagai penonton, cukup menontonnya sekali saja tanpa ada keinginan untuk menontonnya kembali.