Dia mencoba mencari tahu alamat itu. Ternyata ketika dikunjungi pemilik rumah sudah berganti. Namun ketika ditanya kemana pemilik sebelumnya tidak ada jawaban pasti.
Tanpa berpikir panjang saya langsung menghubungi akun tersebut yang ternyata adalah akun menantunya. Dan sebuah keajaiban kini datang. Kakak saya beserta keluarganya ternyata masih hidup. Sehat dan bahkan sudah memiliki 5 cucu.
Akhirnya kami berkomunikasi via WhatsApp. Dan malamnya langsung melakukan video call. Nomornya langsung saya berikan kepada kakak sepupu tempat uwak saya tinggal.
Sebuah keajaiban yang mengubah kebahagiaan uwak, dan tentu kami sekeluarga. Setelah melakukan video call itu ternyata kehidupan kakak sempat mengalami keterpurukan akibat bangkrut. Suaminya dulu seorang teknisi.
Kakak pindah tempat ke sebuah perkampungan di Islamabad. Baru tahun 2020 itulah kak bisa menyampaikan sebuah diary di buku diary usang yang diupload oleh menantunya. Selama aturan adat di sana memang tidak memperbolehkan perempuan memegang atau memiliki akun medsos. Kakak baru bisa memiliki ponsel itupun hanya ponsel biasa bukan ponsel pintar.
Kakak berencana berkunjung ke Indonesia akhir tahun 2020. Namun karena pandemi keinginan kami untuk melepas rindu masih terhalang.
Semoga kami bisa segera berkumpul kembali, mengingat uwak yang sudah hampir pikun saat ini.