Mohon tunggu...
Yayi Solihah (Zatil Mutie)
Yayi Solihah (Zatil Mutie) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Seorang guru dari SMK N 1 Agrabinta Cianjur

Mencintai dunia literasi, berusaha untuk selalu menebar kebaikan melalui goresan pena.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Liliuran: Kearifan Lokal Sunda yang Makin Tergerus Zaman

20 Februari 2021   08:57 Diperbarui: 20 Februari 2021   09:06 2413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk wilayah yang terdiri dari perbukitan biasanya lebih dipakai sebagai ladang. Baik otu padi, jagung atau kacang tanah. Teknik ngaseuk memang menjadi teknik pertanian paling kuno yang masih dilakukan hingga sekarang. Indahnya sukacita dan kebersamaan akan terpancar dari hiruk pikuk suara para warga yang saling melempar guyonan demi mengusir lelah. Selepas ngaseuk mereka akan menikmati santapan dari pemilik lahan berupa cendol atau disebut rujak. Tak lupa juga nasi ketan dan colenak.

4. Liliuran panen

Masa paling ditunggu para petani adalah saat tiba panen. Panen ini pun sama, akan dilakukan dengan cara liliuran alias gotong royong dari satu warga ke warga yang lain. Terutama untuk panen padi huma yang dipotong dengan etem. Kebersamaan lebih terasa walau hanya mendapatkan upah padi beberapa ikat yang disebut gedeng.

5. Liliuran ngaruag imah

Membangun rumah adalah tugas yang berat. Bahkan untuk yang masih memakai rumah panggung ala Sunda. Pekerjaan merobohkan rumah atau ngaruag ini dilakukan dengan gotong royong juga. Begitupun membangun rumah atau disebut ngadegkeun. Para kaum adam akan dengan sukarela membantu tetangga yang sedang membangun rumah.

Kaum hawa biasanya akan saling gotong royong membantu memasak untuk makan bersama warga yang membantu.

Semua kegiatan itu kini mulai berubah bahkan semakin jarang dilakukan warga. Semuanya tergerus oleh zaman yang serba individu. Rasa kebersamaan pun kian berkurang. Padahal kearifan lokal liliuran ini sangat bermanfaat dan menjaga kebersamaan dalam masyarakat.

Selain itu budaya liliuran bisa mengurangi beban di antara masyarakat yang kesusahan. Semoga, kebiasaan baik yang mulai tergerus zaman ini tidak akan sirna. Semoga anak cucu kita kelak masih bisa merasakan indahnya kebersamaan dalam bentuk liliuran.

Semoga bermanfaat.

Cianjur, 2022021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun