Mohon tunggu...
Yayi Solihah (Zatil Mutie)
Yayi Solihah (Zatil Mutie) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Seorang guru dari SMK N 1 Agrabinta Cianjur

Mencintai dunia literasi, berusaha untuk selalu menebar kebaikan melalui goresan pena.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pesan Terakhir

12 Februari 2021   06:19 Diperbarui: 12 Februari 2021   06:22 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mira menatap punggung suaminya yang kian hilang ditelan derasnya hujan. Hatinya berdebar tak keruan. Tak henti mulutnya merapal doa sambil mengelus perut yang makin membuncit. Satu tetes hangat jatuh di pelupuk mata, mengingat nasib yang harus dijalani begitu getir.

***

Malam itu hujan makin lebat diiringi halilintar yang bersahutan memekakkan telinga. Mira hanya bisa melamun di atas ranjang tua, mulutnya tak henti melantunkan doa, memohon keselamatan kepada Sang Pencipta.

Malam adalah waktu di mana para penambang pasir liar beroperasi. Mereka mengais rejeki dengan risiko cukup besar. Longsoran tebing terowongan galian pasir adalah hal yang tak aneh lagi bagi mereka. Semua risiko itu tak lagi horor. Bagi mereka yang lebih menakutkan adalah melihat keluarga yang kelaparan.

***
Matahari telah beranjak dari peraduan. Burung-burung mulai keluar sarang mengepakkan sayap nan gemulai mencari isi perut. Nyanyiannya terdengar riang mengisi pagi yang cerah selepas sehari semalam diguyur hujan. Namun, suasana  berbanding terbalik dengan keadaan di kampung. 

Semua orang panik menyadari tebing tempat penambangan pasir ilegal kini runtuh. Longsor menutup terowongan di kaki bukit. Puncak bukit yang gundul menjadi penyebab tanah itu rawan erosi. Sementara pengerukan pasir yang besar-besaran dilakukan di kaki bukit kian membuat posisi tanah berpasir itu menjadi labil.

Penduduk gempar, pemerintah telah turun tangan dengan menurunkan alat berat untuk mengevakuasi para penambang yang tertimbun di dalam terowongan. Hasilnya baru 3 orang ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.

***

Seminggu sudah evakuasi berlanjut.Semua korban telah ditemukan, kecuali jasad Wahyu yang masih misterius. Desas-desus yang terdengar, pria malang itu menjadi tumbal yang konon diminta jin penunggu bukit. Bahkan beberapa dukun pun telah dikerahkan untuk mencari keberadaannya melalui jalan mistis. Namun, hasilnya nihil. Mereka akhirnya angkat tangan.

***

Malam itu Mira terbangun. Matanya berbinar melihat sosok yang dia rindukan kini tersenyum. Wahyu pulang tanpa luka apa pun, dia tampak bugar. Baju yang dia kenakan begitu bersinar, harum tubuhnya seketika menguar. Untuk beberapa detik dia tertegun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun