Bicarakan kepada pasangan apakah siap menerima kondisi terpahit sekalipun. Jika pasangan kita memang jodoh yang terbaik tak akan ada tuntutan untuk kewajiban punya anak. Mereka sadar jika anak adalah hak prerogatif Sang Pencipta. Manusia hanya bisa berikhtiar dan berserah diri menjalani takdir.
Dan jikapun harus berikhtiar calon pasangan kita akan sabar menjalani proses demi proses dalam upaya menjemput kehadiran si kecil.Â
Pengalaman ane, justru di saat pasangan kita menerima dengan ikhlas kekurangan kita. Di saat itulah Sang Khalik menjawab doa-doa kita. Dengan hadirnya buah hati yang ditunggu-tunggu.
3. Hilangkan sikap overprotektif
Pada kasus kandasnya pernikahan oleh pihak ketiga. Rasa trauma dan kehilangan hal yang paling dicintai tentunya sedikit menimbulkan rasa takut. Takut akan kembali dikhianati, dan dicampakkan sudah pasti menggelayuti pikiran. Banyak yang melakukan proteksi ketat kepada pasangan agar menghidari kejadian serupa.
Namun, sikap overprotektif ini biasanya akan menimbulkan efek lain, semisal pasangan merasa terkungkung dan tak dipercayai. Lebih baik kita menjaga komunikasi dan menanamkan kepercayaan. Apalagi pernikahan antara duda dengan janda tentunya berbekal pengalaman di pernikahan pertama.
4. Fokus kepada masa depan
Masa lalu adalah cerminan untuk masa depan. Itulah kata pepatah yang patut kita pegang dalam meniti lembaran baru. Dalam kasus perceraian yang sudah memiliki anak, tentunya menerima anak dari pasangan alias anak tiri seperti anak sendiri adalah satu keharusan.
Memang perlu adaptasi dengan kebiasaan dan karakter anak tiri. Dekati mereka dengan lemah lembut. Perlakukan seperti teman dekat yang senantiasa membutuhkan perhatian.
5. Jangan pernah membandingkan pasangan dengan mantan
Ketika masalah datang dalam sebuah pernikahan. Terkadang emosi tak bisa terkendali, ungkapan perbandingan sikap pasangan di masa lalu sering terlontar tanpa sadar. Itu bisa menjadi salah satu penyebab makin memperburuk suasana.