Mohon tunggu...
Yayi Solihah (Zatil Mutie)
Yayi Solihah (Zatil Mutie) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Seorang guru dari SMK N 1 Agrabinta Cianjur

Mencintai dunia literasi, berusaha untuk selalu menebar kebaikan melalui goresan pena.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Belajar Daring di Pelosok, Siswa Mencari Jaringan Internet hingga ke Pinggir Sungai

20 Januari 2021   08:42 Diperbarui: 20 Januari 2021   08:59 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar daring di pelosok: Dokpri

Wabah  Covid-19 yang awalnya terjadi hanya di Wuhan, China. Telah menjadi pandemi sejak awal tahun 2020 di seluruh dunia. Indonesia termasuk negara yang terdampak pandemi ini terutama dalam sektor pendidikan dan ekonomi.

Sektor pendidikan adalah hal paling disorot karena salah satu ciri dari pembelajaran adalah tatap muka di kelas. Sedangkan dalam protokol kesehatan Covid-19 ini. Pelarangan kontak fisik terutama berkerumun atau berkumpul dalam jarak dekat sangatlah wajib dihindari.

Aktivitas rutin sekolah seperti upacara bendera, praktik kejuruan dan kegiatan belajar di kelas dengan segala ragam keceriaan yang khas hilang dari kegiatan harian siswa.

Keputusan pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengubah metode pembelajaran yang sebelum datangnya wabah Corona ini adalah tatap muka di sekolah, kemudian mengambil langkah pembelajaran daring atau belajar jarak jauh memanfaatkan teknologi komunikasi.

Metode ini tentunya sangat cocok dan efektif dilakukan di daerah perkotaan yang mana sudah tersedia baik jaringan ataupun alat berupa gadget yang memadai.

Namun, apa yang terjadi ketika kebijakan ini diberlakukan di pelosok atau perkampungan yang belum memiliki jaringan internet yang baik. Bahkan bagi sebagian siswa menengah ke bawah lebih banyak tidak memiliki ponsel ataupun kuota.

Perubahan sistem pembelajaran ini pada akhirnya membuat siswa bekerja keras untuk menemukan solusi agar tetap mengikuti pembelajaran daring. Salah satunya mencari tempat yang jaringan internetnya lumayan bagus.

Di tempat saya mengajar yaitu SMK Negeri 1 Agrabinta, Cianjur selatan. Kebetulan sekolah ini terletak di dekat lokasi kantor kecamatan, memang berada tak jauh dari BTS beberapa provider. Hanya saja kendala sinyal ini tidak menjangkau wilayah pelosok. Sedangkan siswa-siswa kami lebih banyak yang berasal dari pelosok dengan jaringan internet yang buruk.

Jika listrik sedang padam bahkan jaringan seluler untuk sekadar menelepon pun seketika hilang. Keluhan ini, memang simalakama bagi pendidik. Di lain pihak kemendikbud tetap meminta laporan kegiatan belajar daring setiap minggunya. Belum lagi tuntutan awal belajar daring harus dilakukan via google meet. Atau memakai aplikasi belajar Edmodo.

Tentunya tuntutan belajar daring dengan aplikasi berbasis kuota ini sangat memberatkan siswa yang notabene tinggal di wilayah pelosok. Kami dari pihak sekolah akhirnya memberikan opsi lain yang lebih mudah dijangkau. Seperti memilih aplikasi Whatsapp sebagai sarana pemberian materi pelajaran dan pengumpulan tugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun