***
Subuh menjelang, aku terbiasa ke WC umum sekolah sendirian. Letaknya memang di bawah komplek bangunan atas. Ketika menuruni tangga lamat-lamat kudengar suara air berdebum. Seperti orang yang sedang mandi.Â
Kupikir Teh Lilis sudah ke WC duluan. Kemudian kumasuk ke WC yang bersebelahan dengan yang tadi ada bunyi yang sedang mandi.
Aku bergegas mandi dan menggosok gigi. Kala itu aku sedang kedatangan tamu bulanan. Saat aku keluar WC kulihat pintu kamar mandi yang bersebelahan sudah terbuka. Saat kunaiki tangga kulihat sekelebat bayangan hitam keluar dari WC tempatku tadi mandi. Aku alihkan kekhawatiran dengan membaca doa dan berlari menuju rumah.
Esok harinya aku bercerita kepada Teh Lilis. Wanita yang lebih tua lima tahun dariku itu terkejut.
"Aku tadi gak ke WC subuh-subuh, loh, Teh. Aku lagi gak shalat jadi ke WC udah siangan," ucapnya dengan mata yang tampak ketakutan.
"Loh, kalo gitu, itu ... ta-tadi?" Benakku seketika diselimuti bayang hitam dengan penampakan serem yang sering kulihat di film-film horor.
Hari ini sungguh bertubi-tubi kejadian di luar nalar menimpaku. Saat kuceritakan kepada suami, dia hanya tersenyum. Katanya dia sering mengalami kejadian seperti itu. Tapi dianggap biasa saja. Mungkin tuntutan pekerjaan yang membuat dia bertahan di sini.
***
Sore menjelang magrib, tubuhku tiba-tiba bentol seperti biduren. Makin lama makin menjalar. Tidak gatal tetapi kalau dilihat jadi jijik juga. Suamiku keheranan melihat gejala penyakit aneh ini. Lalu dia mengajakku ke rumah ustaz yang tak jauh dari rumah dinas.
Ustaz itu memberikan air yang sudah didoakan. "Baiknya Bapak buatkan penangkal Jurig Cai ini ke kuncen mata air yang rumahnya ada di kampung sebelah, istri Bapak terkena Jurig Cai. Memang begitu jika penduduk baru, jurignya belum kenal sama kita," ucapnya sambil membungkus sebuah kemenyan.