Wilayah Agrabinta, Sindangbarang dan Cidaun memiliki garis pantai yang sangat panjang. Semua desa pesisir pantai memiliki sungai yang bermuara di laut selatan Jawa Barat atau sering dikenal sebagai laut kidul. Seperti sungai Cisokan, Sungai Cibuni, Sungai Ciselang, Sungai Cisadea, Sungai Cidamar dll.
Vegetasi alam yang dihasilkan dari habitat muara ini salah satunya udang, baik udang bakau, udah galah alam, udang bayong dll. Banyak masyarakat pesisir sungai atau muara yang memanfaatkannya sebagai ladang mengais rezeki.
Mereka mengambil udang dan ikan dengan menggunakan jaring yang disebut anco. Salah satu primadona muara sungai adalah udang, dibanding ikan. Udang ini harganya lebih terjangkau, berkisar antara 20.000-40.000 rupiah per kilo.
Udang muara ini memiliki citarasa yang berbeda dengan udang tambak yang dibudidayakan. Rasanya lebih manis dan gurih. Nah, masyarakat Sunda sudah mengenal beberapa macam kuliner dari udang. Namun, salah satu bentuk pengawetan udang yang satu ini adalah primadona kuliner Sunda dari Cianjur selatan.
Pelas hurang atau ada yang menyebutkan dengan istilah keno, berbedanya keno berasal dari udang tawar atau dari kolam budidaya.
Nah, apa saja bahan dan cara pembuatannya. Berdasarkan resep turun temurun pelas ini berbahan dasar: udang, kelapa parut, kencur, bawang putih, bawang merah, merica, cabe merah, dan daun kemangi juga salam dan serai. Untuk bumbu tabur yaitu garam dan penyedap rasa.
Prosesnya lumayan menguras tenaga, tapi terbayar dengan hasilnya yang lezat.
Langkah pertama, ambil udang kira-kira 500 gram bersihkan di air mengalir dari sampah atau kotoran. Sediakan lumpang dan alu, jangan diblender ya, karena teksturnya akan hancur dan citarasanya berkurang. Tumbuk udang hingga lembut. Masukan kencur, bawang putih, bawang merah, garam, penyedap rasa, cabe merah dan merica bubuk.
Di tempat lain parut 1 buah kelapa yang belum tua, lebih bagus bertekstur dengan alat parut tradisional yang disebut kuhkuran.