5. Tenteng Pengantin
Pada hari pernikahan, keluarga mempelai wanita akan mengirimkan utusan sebagai ritual penjemputan calon mempelai pria. Dengan maksud membawa alias menenteng calon pria. Dalam hal ini kedua orang tua pengantin pria dilarang ikut bersama sang anak.
Selanjutnya rombongan yang tiba akan langsung disambut dengan menutupkan kain milik ibu pengantin wanita. Dan ijab kabul segera dilaksanakan. Prosesi ini bermakna jika pengantin pria telah menjadi menantu.Â
Baru setelah selesai ijab kabul, kain diambil kembali sebagai makna mempelai sudah mandiri tak lagi berada dibawah tanggung jawab orangtuanya.
6. Salam Temon
Selesai ijab kabul, pengantin dibawa ke teras rumah atau ambang pintu untuk melaksanakan prosesi injak telur.Â
Alat yang digunakan yaitu, pipisan atau sejenis batu persegi panjang/segi empat yang dibungkus dengan kain putih. Pengantin pria menginjak telur kemudian pengantin wanita melakukan sungkem dan membasuh kaki suaminya, pengantin wanita melakukan sungkem pada suaminya.Â
Rangkaian prosesi ini bermakna perubahan status seorang pria menjadi kepala keluarga yang harus dihormati dengan pengabdian seorang istri penuh cinta kasih.
Bila pengantin berasal dari keluarga yang cukup berada, akan diiringi prosesi gelondongan pangareng yaitu membawa upeti berupa barang (harta).
7. Sawer atau Surak
Prosesi ini dilakukan dengan melemparkan uang receh bercampur beras kuning dan kunyit. Sebagai pertanda rasa syukur orangtua agar anaknya bisa harmonis.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!